Harta dan khidupan malam
Kekayaan orang tuaku yang melimpah tak membawa berkah untukku. Semua hanya kuhabiskan ke jalan yang tak berguna. aku hanya bisa menangis ketika segalanya habis kuhamburkanAku anak ketiga dari empat bersaudara. Aku satu-satunya anak perempuan dalam keluargaku. Tak heran kalau ayah dan ibu begitu memanjakanku dengan harta. Hampir semua permintaanku dipenuhi, bahkan tak ada larangan bagiku untuk menikmati kehidupan yang serba bebas.
Enjoy di lantai disko, menikmati narkoba dan huru-haranya kehidupan kota yang glamor adalah gambaran dari hidupku selama ini.
Oh ya pembaca, sebut saja aku Meli (samaran). Ketika duduk di bangku kelas satu SMU, aku sudah mengenal dan terlibat kehidupan malam. Teman-temanku adalah anak-anak kaum borjuis semua yang serba bebas. Mereka mendewakan kebebasan sehingga nyaris tak ada lagi batasan antara baik dan buruk yang kami lakukan.
Naik kelas dua SMU, aku makin sulit terkendali. Ayah yang sibuk dengan usahanya dan ibu yang lebih memperhatikan arisan dan pertemuan tak jelasnya dengan istri-istri pengusaha, membuat segalanya berjalan tanpa hijab. Sebenarnya, sebagai remaja aku juga mulai menyadari betapa yang kujalani ini adalah sesuatu yang tak berguna sama sekali. Namun, aku tidak bisa lepas karena tak ada figur dalam keluargaku yang bisa kujadikan teladan untuk menyadarkanku. Akhirnya, tiga tahun di SMU, tiga tahun pula aku tak pernah tersirami oleh petuah - petuah agama.
Aku kemudian kuliah di salah satu universitas swasta di kota ini. Setiap langkahku hanya selalu teriringioleh hiruk pikuk kehidupan malam. Narkoba sudah menjadi konsumsi sejari-hariku. Bahkan di usia yang mulai beranjak dewasa, aku tak mampu mempertahankan keperawananku. Zul (samaran), teman dekatku merenggut semuanya. Itupun belum juga aku sadari betapa segalanya telah hancur. Aku tetap enjoy dan malah hubungan seperti itu bukan lagi sesuatu yang tabu bagiku.
Bukan hanya Zul yang mengisi malamku. Lelaki yang kuanggap layak menemaniku tidur, juga bisa menikmati tubuhku. Tak masalah bagiku, tak perlu takut hamil, karena setiap kali berhubungan, kami memang selalu siap dengan segala macam penangkal kehamilan.
Tahun 2003, ayah ekspansi dan melebarkan sayap usahanya. Inilah awal kiamat yang diderita keluargaku. Rekan bisnis ayah yang warga keturunan, membawa lari modal usaha yang telah ditanamkan ayah, jumlahnya mencapai Rp. 2 miliar. Ayah langsung ampal menerima kenyataan itu. Sebulan terbaring di rumah sakit, ia dipanggil menghadap Tuhan.
Ekonomi keluarga kami mulai goyah. Utang melilit di mana-mana, sampai-sampai rumah, mobil, dan beberapa unit usaha ayah yang dibangun berpuluh-puluh tahun, disita bank. Ibu, setelah depresi berat ditinggal ayah, kini harus berhadapan dengan kenyataan pahit. Karena guncangan batin yang begitu kuat, beliau harus diisolasi di rumah sakit jiwa. Tiga bersaudara kemudian diambil oleh paman dan nenekku di Surabaya. Sementara aku tinggal bersama bibi di kota ini.
Setelah jatuh dan tak punya apa-apa, perlahan aku mulai ditinggalkan teman-temanku. Mereka tak mau lagi aku menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena dianggap sudah tak punya apa-apa lagi. Dulu saat harta begitu mudah kuhamburkan, mereka berlomba mendekatiku, bahkan memperlakukanku bak ratu.
Rupanya, mereka hanyalah teman dalam suka, namun ketika duka menderaku, mereka menjauh dan enggan melirik. Kini, penyesalan yang kurasakan. Aku baru sadar telah melakukan kesalahan besar. Kuliahku berantakan, masa depanku telah terkoyak oleh banyak lelaki dan aku bukan lagi siapa-siapa.
Sampai sekarang aku masih menetap di kota ini, berharap ada lowongan kerja yang terbuka untukku, agar aku bisa menyambung hidup. Pembaca, kisah ini kutuliskan agar tak ada yang mengalami nasib sepertiku. Sebelum bencana datang, mungkin ada baiknya sesalilah diri, agar tak terlanjur merana sepertiku. (BKM)
Catatan. . .
Khidupan d dunia hanyalah sesaat. tiada gunanya kita tenggelam pada kesyirikan. Mulailah menjaga diri kita. Kita msih remaja. Jangan anggap remeh. Karena kebiasaan remaja adalah pembentuk kehidupan selanjutnya. Seandainya sdah menjadi kebiasaan, maka sulit d hilangkan walau bisa perlu bertahun2. Jadi, mulai lah dri skarang memperbaiki diri untuk khidupan yang lebih baik. Jangan menunggu komitmen atau menunggu tua. Karena kita tidak tahu apakah 1 detik yang akn datang kita masih bernafas. . .
0 komentar:
ANDA SUKA DENGAN ISI ARTIKEL BLOG SAYA?? JANGAN LUPA UNTUK DI KOMEN, LIKE DAN FOLLOW YA. DAN INGAT, HARUS SOPAN. . .
HARAP MENULIS NAMA BILA KOMEN, AGAR KITA LEBIH SALING MENGENAL. SALAM BLOGGING. . .