LAPORAN PERCOBAAN 2 PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN SERTA REAKSI ASAM DAN BASA
ABSTRAK
Tujuan percobaan ini adalah untuk
membuat larutan NaOH dan larutan HCl, mengencerkan dan menghitung konsentrasi
larutan dengan beberapa satuan, serta menentukan konsentrasi larutan asam
dengan larutan Na₂CO₃. Praktikan melakukan 6 kali percobaan, yaitu
pembuatan larutan HCl 0,1 N, pembuatan larutan NaOH 0,1 N, pengenceran larutan
HCl, tirasi asam terhadap basa, titrasi basa terhadap asam, dan penentuan
konsentrasi larutan standar dengan larutan Na₂CO₃.
Proses pembuatan larutan HCl dan larutan
NaOH terjadi reaksi eksotermik, yaitu perpindahan panas dan sistem ke
lingkungan. Saat titrasi asam terhadap basa, larutan NaOH (basa) ditetesi
indikator metil orange dan berwarna
kuning, setelah titrasi warnanya menjadi merah muda yang menunjukkan larutan
telah bersifat asam. Sedangkan pada titrasi basa terhadap asam, terjadi reaksi
yang sebaliknya. Saat titrasi menggunakan indikator phenolptalain (PP) yang ditetesi pada HCl, tdk ada perubahan warna
yang terjadi (tetap bening). Setelah dititrasi dengan larutan Na₂CO₃,
larutan berubah warna menjadi merah muda.
Penentuan konsentrasi melalui
titrasi, banyak digunakan dalam berbagai industri, contohnya penentuan kadar
vitamin C dalm tablet vitamin C, penentuan kadar asam dalam asam cuka, dan
penentuan asam oksalat menggunakan permanganate.
Hal ini dikarenakan, melalui penghitungan konsentrasi dapat menghasilkan
campuran dengan jumlah konsentrasi yang tepat dan tidak berlebih.
Kata
kunci : Larutan, konsentrasi, pengenceran
larutan, titik ekuivalen
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN
LARUTAN SERTA REAKSI ASAM DAN BASA
2.1. PENDAHULUAN
2.1.1. Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.
Untuk
membuat larutan NaOH dan larutan HCl.
2.
Untuk
mengencerkan larutan dan menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan.
3.
Untuk
menentukan konsentrasi larutan asam dengan larutan Na₂CO₃.
2.1.2. Latar
Belakang
Ketika mempelajari kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang
homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam
jumlah besar disebut pelarut atau solvent,
sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solute.
Penerapan titrasi di dunia industri ada banyak sekali. Contohnya saja
dalam penetapan kadar vitamin C dalam tablet vitamin C dan penetapan kadar asam
dalam asam cuka, serta penentuan asam oksalat menggunakan permanganate. Karena itu, praktikan tentunya harus tahu
dan memahami bagaimana cara
menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri
praktikan. Dengan begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi juga
dalam praktik dan penerapannya. Sehingga nantinya praktikan dapat mengolah
bahan-bahan yang memiliki konsentrasi tinggi dan menguntungkan perusahaan,
sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran perusahaan.
2.2 DASAR
TEORI
Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang
lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun
untuk semua zat-zat komplek yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang
terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu
selalu ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur dan senyawa dianggap zat murni
karena komposisiya dapat berubah-ubah (Brady, 1999: 35).
Bedasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang
homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu
fasa,yaitu mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan
bagian yang lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut larutan,
contohnya air gula dan alkohol dalam air. Campuran heterogen adalah campuran
yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi.
Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang lebih besar jumlahnya.
Komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent)
dan yang
lain adalah zat terlarut (solute)
(Syukri, 1999: 391).
Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut maupun pelarut, dikenal istilah konsentrasi.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat,
persen volume, molaritas, molalitas, fraksi mol, normalitas dan bagian
persejuta.
1.
Persen
Berat (
).
Perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikali 100%.
Biasanya dipakai pada larutan padat-cair atau padat-padat.
(Tim Dosen Teknik
Kimia, 2011: 11).
2.
Persen
Volume (
).
Perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan
dikalikan 100% (untuk campuran dua cairan atau lebih).
(Tim Dosen Teknik
Kimia, 2011: 11).
3.
Molaritas
(M).
Banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan volume
larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut setelah bercampur.
(Tim Dosen
Teknik Kimia, 2011: 12).
4.
Molalitas
(m).
Molalitas adalah jumlah ml zat tterlarut dalam 1000gr
pelarut murni.
(Tim Dosen Teknik
Kimia, 2011: 12).
5.
Fraksi
Mol (X).
Perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol
semua komponen.
(Tim Dosen Teknik
Kimia, 2011: 12).
6.
Normalitas
(N)
Jumlah ekivalen
zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam larutan bergantung
pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena ini dipakai untuk penyetaraan
zat dalam reaksi.
(Tim
Dosen Teknik Kimia, 2011: 12).
7.
Bagian
Persejuta (ppm).
Miligram zat
terlarut dalam tiap kg larutan, satuan ini sering dipakai untuk konsentrasi zat
yang sangat kecil dalam larutan gas, cair atau padat.
(Tim
Dosen Teknik Kimia, 2011: 12).
Larutan-larutan yang tersedia dalam laboratorium
umumnya dalam bentuk pekat. Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih
rendah biasanya dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan
aquadest ke dalam larutan yang pekat.
Penambahan aquadest ini mengakibatkan
konsentrasi berubah dan volume diperbesar, tetapi jumlah mol zat terlarut
adalah tetap. Selain itu, pengenceran juga dapat dilakukan dengan cara terlebih
dahulu menentukan konsentrasi dan volume larutan yang akan dibuat. Untuk
menentukannya, tetap menggunakan rumus pengenceran.
Keterangan
:
n₁ = mol
awal
n₂ = mol
sesudah pengenceran
M₁ =
Konsentrasi molar awal
M₂ =
Konsentrasi molar akhir
V₁ = Volume
larutan awal
V₂ = Volume
larutan akhir
(Wanibesak, 2010).
Analisis memanfaatkan perubahan besar dalam pH yang
terjadi dalam titrasi, untuk menetapkan kapan titik kesetaraan itu dicapai.
Terdapat bayak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak
terdisosiasinya yang menunjukkan warna yang berlainan. Molekul-molekul semacam
itu dapat digunakan untuk menetapakan kapan telah ditambahkan cukup titran dan disebut indikator tampak
(Day, 1986: 150).
Jika larutan asam dan basa direaksikan, maka akan
terjadi reaksi penetralan, yaitu reaksi yang saling meniadakan sifat asam dan
basa yang dapat menghasilkan garam dan air. Contoh asam adalah asam asetat
(ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan di dalam baterai atau aki
mobil) (Utomo, 2010).
2.3. METODOLOGI
PERCOBAAN
2.3.1. Alat
Alat yang digunakan adalah :
-
Buret
-
Propipet
-
Termometer
-
Gelas
Ukur 10 ml
-
Gelas
Ukur 100 ml
-
Erlenmeyer
250 ml
-
Gelas
Piala 250 ml
-
Gelas
Piala 500 ml
-
Labu
Takar 50 ml
-
Labu
Takar 100 ml
-
Statip
-
Spatula
-
Corong
-
Pipet
Tetes
-
Pipet
Mohr
-
Gelas
Arloji
-
Neraca
Analitis
-
Pemanas
Listrik
-
Pengaduk
Gelas
2.3.2. Bahan
Bahan
yang digunakan adalah :
-
NaOH
padat
-
Na₂CO₃
0,1 N
-
Indikator
PP
-
Indikator
Metil Orange
-
HCl
pekat
-
Aquadest
2.3.3. Prosedur Kerja
2.3.3.1.
Pembuatan Larutan HCl 0,1 N
1. Mencuci
alat gelas.
2. Menimbang
labu takar 100 ml kosong menggunakan neraca analitis.
3. Mengisi
labu takar tersebut dengan aquadest
hingga ¾ nya atau sebanyak 75 ml, kemudian menimbang lagi dan
mengukur suhunya menggunakan termometer.
4. Menimbang
gelas ukur 10 ml kosong, mengisi dengan HCl 0,9 ml, menimbang lagi dan mengukur
suhunya menggunakan termometer.
5. Menuangkan
HCl ke dalam labu takar yang telah terisi aquadest
tadi, kemudian menambahkan aquadest
mnggunakan botol semprot hingga tanda terra. Menutup labu takar dan mengocok
agar homogen. Menimbang lagi dan mengukur suhunya.
6. Memindahkan
larutan ke gelas bekker 500 ml.
2.3.3.2.
Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
1.
Menimbang
gelas arloji kosong dengan neraca analitis, mengkalibrasi dan menimbang 4 gr
NaOH.
2.
Menyalakan
pemanas listrik dan hangatkan aquadest
< 25 ml menggunakan gelas bekker 250 ml.
3. Melarutkan
NaOH dan pindahkan larutan ke labu ukur 100 ml, menambahkan aquadest sampai tanda terra, mengocok
hingga homogen.
2.3.3.3. Pengenceran Larutan HCl
1.
Mengambil
5 ml larutan HCl yang telah dibuat ke dalam labu ukur 50 ml menggunakan pipet
moth dan propipet.
2.
Menambahkan
aquadest hinnga tanda terra, mengocok
hingga homogen.
2.3.3.4. Titrasi Asam terhadap Basa
1.
Mencuci
kembali alat gelas.
2.
Mengambil
10 ml larutan NaOH menggunakan pipet mohr dan masukkan ke gelas ukur 100 ml.
3.
Menambahkan
aquadest hingga gelas ukur terisi
penuh 100 ml dan larutkan.
4.
Mengambil
10 ml dari larutan tersebut masing-masing ke dalam 3 erlenmeyer 250 ml.
5.
Menambahkan
1 tetes indikator metil orange hingga
larutan berubah warna kuning.
6. Memasang
buret 50 ml pada statip. Mengisi buret dengan larutan HCl (miniskus awal = 0).
Memasang Erlenmeyer di bawahnya dan mulai menittrasi hingga berubah warna dari
kuning menjadi merah muda. Membaca miniskusnya.
2.3.3.5. Titrasi Basa terhadap Asam
1. Mencuci
alat gelas.
2. Mengambil
10 ml larutan HCl menggunakan pipet mohr dan memindahkan masing-masing ke dalam
3 erlenmeyer 250 ml.
3. Menambahkan
1 tetes indikator metil orange ke
dalam masing-masing Erlenmeyer hingga larutan di dalamnya berubah warna manjadi
merah muda.
4. Memasang
kembali buret 50 ml pada statip. Mengisi buret dengan larutan NaOH (miniskus
awal = 0). Memasang erlenmeyer dan mulai
menitrasi hingga berubah warna menjadi kuning. Membaca miniskusnya.
2.3.3.6. Penentuan Konsentrasi Larutan Standar dengan Larutan
Na₂CO₃
1. Mengambil
10 ml larutan HCl encer dan masukkan ke dalam 3 erlenmeyer 250 ml.
2. Menambahkan
1 tetes indikator metil orange.
3. Memasang
buret pada statip, mengisi buret dengan larutan Na₂CO₃
(miniskus awal = 0). Memasang erlenmeyer dan mulai menitrasi hingga warna
berubah dari merah muda menjadi kuning. Membaca miniskusnya.
4. Mencuci
erlenmeyer. Masukkan HCl 10 ml ke dalamnya.
5. Menambahkan
indikator PP masing-masing 1 tetes.
6. Memasang
erlenmeyer dan mulai menitrasi hingga larutan berubah warna dari bening menjadi
merah muda. Membaca miniskus.
2.4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.1. Hasil
Tabel 2.1. Pembuatan larutan HCl
NO
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Menimbang
labu takar 100 ml kosong.
Mengisi ¾
dengan aquadest dan mengukur
suhunya, kemudian menimbang lagi.
Menimbang
gelas ukur 10 ml kosong, menambahkan HCl 0,9 ml dan ukur suhu kemudian
menimbang lagi.
Memasukkan
HCl ke labu ukur 100 ml, menambahkan aquadest
sampai tanda terra, mengocok, menimbang, dan ukur suhu.
Memindahkan
larutan ke gelas bekker 500 ml.
|
Berat=
66,613 gr.
Labu
takar + aquadest= 138,257gr.
Suhu = 31⁰ C.
Berat
kosong= 30,056 gr.
Gelas ukur+HCl=31,125gr.
Suhu = 32⁰ C.
Berat
total= 166,157 gr.
Suhu= 33⁰ C.
V.larutan
HCl= 100 ml.
|
Tabel 2.2 Pembuatan Larutan NaOH
NO
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
Menimbang
NaOH padat.
Melerutkan
NaOH padat dengan air hangat ke dalam gelas bekker 250 ml.
Memindahkan
larutan ke labu ukur 100 ml, mengencerkan sampai tanda terra, mengocok hingga
homogen.
|
Massa
NaOH = 4,001 gr.
Suhu
larutan terasa lebih panas.
V.larutan
NaOH = 100 ml.
|
Tabel 2.3. Pengenceran Larutan HCl
NO
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
|
Mengambil
larutan HCl dan memindahkan ke labu ukur 50 ml.
Menambahkan
aquadest sampai tanda terra,
mengocok.
|
V.larutan
HCl = 5 ml.
V.HCl
encer = 50 ml.
|
Tabel 2.4. Titrasi Asam terhadap Basa
(HCl dengan NaOH)
NO
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
|
Mengambil
larutan NaOH dan memindahkan ke gelas ukur 100 ml.
Larutkan
dengan aquadest.
Menambahkan
3 tetes indikator metil orange ke
10 ml larutan NaOH encer dalam Erlenmeyer.
Mengisi
buret dengan larutan HCl dan mulai titrasi.
|
V.larutan
NaOH = 10 ml.
V.NaOH
encer = 100 ml.
Larutan
berwarna kuning.
Setelah
titrasi, larutan berubah jadi merah muda.
V.titrasi
1 = 7,1 ml.
V.titrasi
2 = 8,6 ml.
V.titrasi
3 = 7,6 ml.
|
Tabel 2.5. Titrasi Basa terhadap Asam
(NaOH dengan HCl)
NO
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
|
Menambahkan
3 tetes indikator metil orange ke
dalam 10 ml larutan HCl dalam Erlenmeyer.
Mengisi
buret dengan larutan NaOH dan mulai titrasi.
|
Larutan
berwarna merah muda. Setelah titrasi, warna menjadi kekuningan.
V.titrasi
1 = 4,1 ml.
V.titrasi
2 = 3,1 ml.
V.titrasi
3 = 4,6 ml.
|
Tabel 2.6. Penentuan Konsentrasi
Larutan Standar dengan Larutan Na₂CO₃.
NO
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Menambahkan
3 tetes indikator metil orange ke
dalam 10 ml larutan HCl encer di Erlenmeyer.
Mengisi
buret dengan larutan Na₂CO₃, mulai titrasi.
Mengganti
larutan indikator dengam indikator PP.
Menambahkan
3 tetes indikator PP ke dalam 10 ml larutan encer di Erlenmeyer.
Mulai
titrasi dengan larutan Na₂CO₃ yang sama.
|
Larutan
berwarna merah muda. Setelah titrasi, warna berubah jadi kekuningan.
V.titrasi
1 = 1,8 ml.
V.titrasi
2 = 1.3 ml.
V.titrasi
3 = 1,9 ml.
Larutan
tidak berwarna (bening). Setelah titrasi, warna berubah jadi merah muda.
V.titrasi
1 = 7,2 ml.
V.titrasi
2 = 4,6 ml.
V.titrasi
3 = 5,3 ml.
|
2.5.
Pembahasan
HCl atau asam klorida merupakan asam kuat dan
merupakan komponen utama dalam asam lambung. HCl memiliki massa molar 36,46
g/mol, berpenampilan berupa cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat.
Titik leleh HCl adalah 27,32⁰C (247 K) dalam larutan 38 % dan titik didih 110⁰C
(383 K) larutan larutan 20,2 %, 48⁰C (321 K) larutan 38%. Asam klorida harus ditangani
dengan memperhatikan keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat
korosif (Wikipedia, 2011).
Natrium Hidroksida atau NaOH, juga dikenal sebagai
soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. NaOH
murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran
ataupun larutan jenuh 50 %. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Massa molarnya adalah 39,9971 g/mol. Titik lelehnya
sebesar 318⁰C (591 K) dan itik didihnya 1390⁰C
(1663 K). NaOH banyak digunakan di berbagai industry, kebanyakan digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,
sabun dan detergen (Wikipedia, 2011).
Na₂CO₃ atau Natrium Karbonat merupakan garam yang bersifat
basa lemah. Ia memiliki massa molar 105,9884 g/mol (anyhydrous), 124,00 gr/mol
(monohydrate), 284,14 gr/mol (decahydrate). Densitasnya sebesar 2,54 gr/
. Titik
lelehnya 851⁰C, 100⁰C, dan 34⁰C. Sedangkan titik didihnya adalah 1600⁰C
(Wikipedia, 2011).
Berdasarkan penimbangan massa, didapat volum HCl pekat
0,9 ml. massa akuades dan HCl beserta labu takarnya adalah 31,125 gr. Setelah
melakukan percobaan dan perhitungan berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan
hasil konsentrasi larutan HCl dalam beberapa satuan, yaitu 1,07 % (
)
menyatakan terdapat 1,07 gr HCl dalam 100 gr larutan; 0,9 % (
)
menyatakan terdapat 0,9 ml HCl ke dalam 100 gr larutan; 0,29 M menyatakan
banyak mol dari HCl yang terlarut dalam 1000 ml; 0,408 molal menyatakan banyak
mol HCl yang terlarut dalam 1000 gr larutan; 1,07 x
ppm dan 0,0072 fraksi mol.
Berdasarkan pengukuran temperatur akuades dan HCl
pekat, yaitu 31⁰C dan 32⁰C. Setelah dilakukan pencampuran antara akuades dan
HCl, maka suhunya menjadi 33⁰C. Dari sini diketahui bahwa reaksi pelarutan HCl
pekat merupakan reaksi eksotermik, yaitu reaksi yang melepas kalor. Pada reaksi
eksoterm, sistem melepas energi. Oleh
karena itu, entalpi system akan berkurang. Artinya entalpi produk (Hp) lebih
kecil daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya perubahan entalpi merupakan
selisih dari entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp-Hr) bertanda negatif. Sehingga dapat dinyatakan :
ΔH = Hp – Hr < 0 ; ΔH
= -92,30 kj/mol
Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung eksotermik, maka reaksi itu akan melepas kalor dari larutan itu sendiri,
sehingga larutan itu akan panas. Bila reaksi eksotermik, maka zat-zat kimia
yang terlibat akan terjadi perubahan energi potensial. Dalam perubahan
eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi
potensial pereaksi, berarti Ep akhir lebih kecil dari Ep mula-mula. Sehingga
harge Ep mempunyai harga negatif. Reaksi pembuatan larutan HCl adalah :
HCl + H₂O
HCl pekat
Sedangkan dalam proses pembuatan larutan NaOH, ada
NaOH padat yang dilarutkan dengan air yang dihangatkan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan ketika dilakukan pengadukan akan mempercepat kelarutan NaOH dalam air
dan larutan NaOH menjadi homogen. Kemudian larutan NaOH dipindah ke labu ukur,
dan gelas bekker yang dipakai untuk melarutkan NaOH tadi dibilas dengan akuades
untuk menetralisir larutan NaOH yang tersisa di dalamnya. Larutan NaOH bersifat
eksotermik, karena larutannya berubah menjadi lebih panas, yaitu reaksi yang
membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan berkurang, artiya entalpi produk lebih kecil
daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda
negatif. Sehingga dapat dinyatakan :
ΔH = Hp – Hr < 0 ; ΔH
= - 469 kj/mol
Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara eksoterm, maka kalor yang timbul akan
dibebaskan ke dalam larutan itu sehingga suhu larutan akan naik, dan jika
reaksi dalam kalorimeter berlangsung, maka zat-zat
kimia yang terlibat akan
terjadi perubahan energi potensial juga. Dalam perubshsn eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi potensial pereaksi, berarti Ep akhir lebih rendah
dari Ep mula-mula. Sehingga, harga Ep mempunyai harga positif. Reaksi pembuatan
larutan NaOH adalah :
NaOH + H₂O NaOH
Dari perhitungan yang diperoleh konsentrasi NaOH
adalah 0,1 M dan 4 % (w/v). Pelarutan NaOh bersifat panas. Sedangkan
pengenceran larutan HCl pekat dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasinya agar
dalam proses titrasi asam-basa tidak diperlukan waktu yang lama dan juga jumlah
titran yang diperlukan tidak banyak, sehingga memudahkan hasil perhitungan data
yang didapat. Berdasarkan perhitungan, konsentrasi HCl setelah pengenceran
adalah 0,029 M. Reaksi pengenceran HCl adalah :
HCl pekat + H₂O HCl encer
Pada titrasi asam terhadap basa, yaitu 0,029 M HCl
dengan NaOH 0,1 N dengan HCl sebagai titran. Larutan NaOH yang ditetesi
indikator metil orange berwarna
kuning, karena indikator metil orange
memiliki pH antara 4,2 - 6,3 dengan trayek warna merah muda ke kuning. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan NaOH bersifat basa. Kemudian setelah dititrasi dengan
HCl, larutan berubah warna menjadi merah muda yang menunjukkan bahwa larutan
bersifat asam. Jadi titrasi telah mencapai titik ekuivalen atau titik
kesetimbangan, artinya titk dimana konsenstrasi asam dengan konsentrasi basa.
Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali dan didapat volume rata-rata sebesar 7,76
ml dan dari volume rata-rata itu dapat diketahui bahwa konsentrasi NaOH adalah
0,225 M. Reaksi kimia yang terjadi adalah :
NaOH + HCl NaCl + H₂O
Pada percobaan titrasi basa terhadap asam, yaitu 0,1 N
NaOH terhadap HCl standar, dengan NaOH sebagai titran. Warna larutan HCl
setelah ditetesi metil orange adalah
merah muda yang menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. Setelah dititrasi,
larutan berubah warna menjadi kuning yang menunjukkan bahwa telah mencapai
titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi
basa atau titik saat asam dan basa tepat habis bereaksi. Titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali dan didapat volume rata-rata
3,9 ml, dari volume rata-rata itu didapat diketahui bahwa konsentrasi
HCl sebesar 0,039 M. Maka reaksi yang terjadi adalah :
HCl + NaOH NaCl + H₂O
Indikator metil orange
digunakan karena dapat memperlihatkan perubahan warna yang jelas pada pH yang
dekat dengan pH pada titik ekuivalen. Dimana sebagai indikator asam-basa,
indikator ini memiliki warna-warna yang berbeda tergantung pada konsentrasi ion
hydrogen dari larutan.
Ketika proses titrasi, terjadi pencampuran antara NaOH
dan HCl. Saat becampur, NaOH terbagi menjadi ion Na⁺
dan OH⁻, sedangkan HCl terurai menjadi ion H⁺
dan Cl⁻. Kemudian ion Na⁺
berikatan dengan ion Cl⁻ sehingga menjadi NaCl dan ion H⁺
yang mengikat ion H⁻
sehingga membentuk H₂O atau air.
Larutan HCl encer yang telah dibuat, ditetesi dengan
indokator metil orange. Kemudian
titrasi dengan larutan Na₂CO₃ dan diperoleh volume titrasi rata-rata sebesar 1,7 ml
dan konsentrasi HCl sebesar 0,017 M. pemberian indikator metil orange ini menghasilkan perubahan warna
merah muda, karena indikator metil orange
memiliki trayek pH antara 4,2 – 6,3 dengan trayek warna merah muda ke
kuning. Hal ini menunjukkan bahwa larutan HCl bersifat asam. Setelah dititrasi,
warna berubah menjadi kuning yang menunjukkan bahwa larutan telah bersifat
basa. Jadi titrasi telah mencapai titk ekuivalen, yaitu titik saat asam dan
basa tepat habis bereaksi.
Hasil titrasi basa terhadap asam berbanding terbalik
dengan titrasi asam terhadap basa, baik warna saat larutan (titrat) ditetesi
metil orange ataupun warna larutan
ketika setelah dititrasi. Pada titrasi asam tterhadap basa, warna larutan
setelah mencapai titik ekuivalen adalah merah muda yang menunjukkan pH larutan
mencapai 6,3. Pada titrasi basa terhadap asam, warna larutan ketika mencapai
kesetimbangan adalah kuning bening yang menunjukkan pH larutan berkisar 4,2.
Volume titran yang dipakai pun berbeda. Pada tirasi asam terhadap basa, volume
titran yang digunakan adalah rata-rata sebesar 7,76 ml. sedangkan pada titrasi
basa terhadap asam, rata-rata volume titran yang digunakan adalah 3,9 ml. hal
ini menunjukkan bahwa titrasi asam terhadap basa memerlukan titran yang lebih
banyak daripada basa terhadap asam untuk mencapai titik ekuivalen, yaitu titik
saat asam dan basa tepat habis bereaksi.
Pada proses pembentukan konsentrasi larutan standar
dengan Na₂CO₃ baik menggunakan indikator metil orange maupun
indikator PP, reaksi yang terjadi adalah :
2HCl + Na₂CO₃ 2NaCl + CO₂
+ H₂O
Ketika titrasi menggunakan indikator PP yang ditetesi
pada HCl encer, kemudian ditrasi dengan larutan Na₂CO₃
dan diperoleh volume rata-rata titrasi sebesar 5,7 ml dan konsentrasi HCl
sebesar 0,057 M. Pemberian indikator PP pada HCl, menghasilkan warna bening
(tidak berwarna), namun setelah dititrasi warnanya berubah menjadi merah muda.
Hal ini dikarenakan trayek pH indikator PP adalah 8,0 – 9,6 dan memiliki trayek
perubahan warna dari bening ke merah muda. Dapat dikatakan bahwa larutan telah
bersifat basa, sehingga telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik saat asam
dan basa tepat habis bereaksi.
Dari percobaan ini, telah terbukti bahwa titrasi
menggunakan indikator PP lebih memerlukan banyak titran karena bekerja pada
rentang pH 8,0 – 9,6 untuk berubah warna. Trayek perubahan warnanya adalah dari
bening ke merah muda. Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan ketika
titrasi telah mencapai titik ekuivalen atau kesetimbangannya. Volume rata-rata
titran yang menggunakan indikator PP adalah 5,7 ml, sedangkan volume rata-rata
titran menggunakan indikator metil orange efektif pada rentang pH 0,1 – 2,4
untuk berubah warna dan mencapai titik ekuivalen, yaitu titik saat asam dan
basa tepat habis bereaksi.
Pada proses pembentukan konsentrasi larutan standar
dengan Na₂CO₃ baik menggunakan indikator metil orange maupun indikator phenolptalain
(PP). Reaksi yang terjadi adalah :
2HCl + Na₂CO₃ 2NaCl + CO₂
+ H₂O
Pada reaksi antara HCl dan Na₂CO₃
akan menghasilkan ion Cl⁻ dan Na⁺ yang membentuk garam NaCl dan sisanya menghasilkan
gas CO₂ dan H₂O (air).
2.6.
PENUTUP
2.6.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pada
proses pembuatan larutan HCl an NaOH tejadi reaksi eksoterm, yaitu perpindahan
panas dan system ke lingkungan.
2.
Konsentrasi
HCl pekat hasil percobaan adalah 1,07 % (w/w) ; 0,9 % (v/v) ; 0,29 M ; 0,408
molal ; 1,07 x 10⁴ ppm ; dan fraksi mol 0,0072.
3.
Konsentrasi
larutan NaOH dari percobaan adalah 1 M dan 4 % (w/v).
4.
Konsentrasi
pengenceran larutan adalah 0,029 M.
5.
Konsentrasi
percobaan titrasi asam terhadap basa adalah 0,225 M dan titrasi basa terhadap
asam adalah 0,039 M.
6.
Konsentrasi
larutan standar dengan larutan Na₂CO₃ adalah 0,017 M pada indikator metil orange dan 0,057 M pada indikator
PP.
2.6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari percobaan ini adalah
diharapkan praktikan dapat lebih cekatan dalam mempersiapkan alat untuk
percobaan dan dapat menguasai prosedur kerja dari percobaan dengan baik agar
percobaan lancar
dan selesai tepat waktu.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady, J.E. 1999. “Kimia Universitas Asas dan Struktur”. Bina Rupa Aksara : Jakarta.
Day, R.A. Jr dan A.L. Underwood. 1986. “Kimia Kuantitatif Edisi Revisi,
Terjemahan A.H. Pudjaatmaka”. Erlangga : Jakarta.
Syukri, S. 1999. “Kimia Dasar Jilid 2”. ITB : Bandung.
Tim Dosen Teknik Kimia. 2011. “Penuntun Praktikum Kimia Dasar”.
Universitas Lambung Mangkurat : Banjarbaru.
Utomo, Galih. 2010. “Reaksi Asam dan Basa”.
Diakses pada tanggal 05
Oktober 2011.
Wanibesak, Emser. 2010. “Pembuatan, Pengenceran, dan Pencampuran
Larutan”.
Diakses pada tanggal 05 Oktober
2011.
Wikipedia. 2011. “Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Bebas, Natrium
Hidroksida dan Asam Oksalat”.
Diakses pada tanggal 15
Oktober 2011.
NB:
File diatas ada beberapa yang dihilangkan seperti gambar, karena tidak
bisa copy paste langsung. Namun bagi kawan-kawan yang ingin
mendownload filenya bisa mendownload file yang aslinya dengan gambar.
Silakan download disini
lumayan, buat ngerjain laporan ujian praktik.
BalasHapusmakasih @@,
semoga membantu
Hapusthanks yaaa
BalasHapuslumayan membantu buat ngerjain laporan kiman :d
oke, ,sama2 bro. .
Hapus