LAPORAN PERCOBAAN 5 KIMIA KOLOID: SIFAT FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT
ABSTRAK
Tujuan
percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid
dan sistem koloid lahan gambut. Praktikan melakukan dua kali percobaan, yaitu
tentang koloid artifisial (buatan), dan koloid natural (alami). Dalam membuat larutan
koloid artifisial praktikan mencampurkan serbuk tanah dengan air, kemudian
menyinari 200 ml larutan koloid tersebut dengan senter baterai, mengukur pH
awal larutan, dan menurunkan pHnya setelah ditambahkan satu tetes asam klorida
(HCl) 6M, setelah menambahkan tawas sebanyak 2,5 gram muncul endapan di
permukaan gelas bekker dan menjadi lebih jernih. Larutan induk yang digunakan
sebagai koloid alami adalah air gambut. Dalam percobaan ini praktikan
memberikan perlakuan yang sama seperti sebelumnya, hanya
saja tawas yang diberikan sebanyak 5 g, hasilnya
pada proses penyinaran menggunakan senter baterai ternyata cahayanya diteruskan.
Jadi,
partikel-partikel pada larutan koloid artifisial ukurannya lebih besar daripada
partikel-partikel pada larutan koloid alami, hal ini karena koloid artifisial
dibuat dari serbuk tanah yang kemungkinan telah banyak bercampur dengan
bermacam-macam partikel, sedangkan koloid natural terjadi secara alami. Untuk pH,
koloid alami memiliki pH yang lebih rendah saat ditambah HCl.
Sistem
koloid banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri kosmetik,
makanan, dan farmasi. Penyebab sistem koloid sering digunakan karena sifat
karakteristik koloid yang sangat penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
Kata kunci : dispersi, efek Tyndall, koagulasi, gerak
Brown.
PERCOBAAN 5
KIMIA KOLOID: SIFAT
FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT
5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid dan sistem koloid lahan
gambut.
5.1.2 Latar Belakang
Kita telah
sering menjumpai koloid di kehidupan sehari-hari. Contoh-conntoh koloid yang
sering kita temui seperti susu, tinta, agar-agar, shampoo, bahkan asap dan kabut
termasuk koloid yang bisa kita jumpai tiap hari. Pada industri kimia,
seperti pemutihan gula tebu yang masih
berwarna. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan
dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon. Maka partikel-partikel koloid akan mengabsorpsi zat warna dari
gula tebu sehingga gula berwarna putih.
Pada industri
kimia lainnya, koloid
sering menjadi kajian tersendiri karena kepentingannya. Hal ini karena dalam
industri tersebut diperlukan sistem koloid untuk pembuatannya, seperti pada industri
keju, pasta
gigi, sabun, deterjen, dan sebagainya. Selain
dari itu, koloid
juga berfungsi dalam penjernihan air, pemutihan gula, penggumpalan darah, dan lain sebagainya.
Pada percobaan
ini akan dipelajari tentang sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid. Kemudian
untuk mempelajari perbedaan antara koloid buatan dengan koloid alami. Pada
percobaan ini akan dilakukan percobaan pada lahan gambut sebagai pengamatan
tentang koloid alami, yang
kemudian diamati sistem dan perbedaannya dengan koloid buatan.
5.2 DASAR TEORI
Koloid adalah
suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran
partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu
partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak
sistem koloid yang lain, seperti
mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain
(Nabilah,2008).
Keadaan koloid
merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan
berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang
menarik dan penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang
lebih besar (Keenan,1984: 455).
Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar
mempunyai perbedaan dalam beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati hanya
mempunyai satu fase, sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar mempunyai dua
fase. Dalam distribusi partikel larutan sejati bersifat homogen, sedangkan sistem koloid
dan suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian dalam penyaringan,larutan
sejati tidak dapat disaring, dan
sistem koloid juga tidak dapat disaring, kecuali dengan
penyaring ultra, sedangkan
suspensi kasar dapat disaring. Dan terakhir, dalam kestabilan
larutan sejati dengan sistem koloid mempunyai kestabilan yang stabil (tidak
memisah), sedangkan
suspensi kasar memiliki kestabilan yang tidak stabil (memisah) (Elaine,2006).
Partikel-partikel
dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan
mikroskop biasa, walaupun
demikian, partikel
ini dapat mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk
menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi
koloidnya besar, penyebaran
cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar
yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian
diadsorpsi, sehingga
tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi koloidnya
kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang (transparan)
misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang (Syukri,1999:
456).
Baik zat
terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan ataupun padatan
(kecuali keduanya berbentuk gas, karena
molekul gas tidaklah sebesar koloid), berikut jenis-jenis dari koloid:
1.
Sol (Fase terdispersi
padat)
a. Sol
padat adalah sol dalam medium pendispersi padat.
Contoh:
Paduan logam, gelas
warna, intan
hitam
b. Sol
cair adalah sol dalam medium pendispersi cair.
Contoh:
Cat, tinta, tepung dalam air
c. Sol
gas adalah sol dalam medium pendispersi gas.
Contoh: Debu di
udara, asap
pembakaran
2.
Emulsi (Fase
terdispersi cair)
a. Emulsi
padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi
cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair.
Contoh: Susu, mayonais, krim tangan
c. Emulsi
gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas.
Contoh: Hairspray, obat nyamuk
3.
Buih (Fase terdispersi
gas)
a. Buih
padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu
apung, marshmallow, karet busa, styrofoam
b. Buih
cair adalah buih dalam medium pendispersi cair.
Contoh: Putih
telor yang dikocok, busa
sabun
(Elaine,2006).
Selain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga
sifat-sifat koloid:
1. Efek Tyndall
1. Efek Tyndall
Untuk menentukan apakah suatu campuran
merupakan larutan sejati atau koloid, sering digunakan metode Efek Tyndall, jika cahaya melewati
larutan sejati. Pengamat yang melihatnya dari arah tegak lurus terhadap sinar
tidak melihat cahaya. Tetapi dalam suspensi koloid cahayanya dibaurkan ke
segala arah dan dapat dilihat dengan mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh
Tyndall pada tahun 1869, dan
dikenal sebagai efek Tyndall. Contoh lain mengenai pembauran ialah oleh
partikel debu dalam cahaya dari proyektor film dalam ruang gelap
(Petrucci,1987: 80).
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi
jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan
cahaya, maka
larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada
larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati (Nabilah,2008).
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan
partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid di bawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zig-zag. Pergerakan
zig-zag ini dinamakan Gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi
di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat
cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig-zag
atau Gerak Brown (Nabilah,2008).
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat Gerak
Brown terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin
lambat Gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa Gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak
Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar
energy kinetik
yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya Gerak Brown
dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka
Gerak Brown semakin lambat (Nabilah,2008).
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan
partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang
disebabkan oleh luasnya permukaan partikel (Catatan: Adsorpsi harus dibedakan
dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Pada permukaan partikel
koloid terdapat gaya Van der Waals
terhadap molekul atau ion lain disekitarnya. Melekatnya zat lain pada permukaan
koloid itu disebut adsorpsi. Suatu koloid umumnya hanya mengadsorpsi ion
positif atau ion negatif saja. Ion yang teradsorpsi dapat membentuk satu atau
dua lapisan. Contohnya koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+ dan koloid As2S3
bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2
(Nabilah,2008).
4. Muatan Koloid (Sifat Listrik)
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi
ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan
koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan
positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang
bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif (Syukri,1999: 458).
5. Koagulasi Koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel
koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi
tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan
dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan (Nabilah,2008).
6. Koloid Pelindung, Dialisis dan
Elektroforesis
Koloid pelindung ialah koloid yang
mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi. Dialisis ialah pemisahan
koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis.
Elektroforesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik (Nabilah,2008).
Jika suatu mikroskop optis difokuskan
pada suatu dispensi koloid pada arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan
dengan latar belakang gelap, akan
Nampak partikel koloid. Bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas,
melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya
yang dipantulkan ini, orang
dapat melihat bahwa partikel koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang
berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini
disebut Gerakan Brown, menurut
nama seorang ahli Botani Inggris, Robert
Brown yang mempelajari dalam tahun 1827. Sebab Gerakan Brown ini masih tak
dimengerti sampai sekitar tahun 1905, ketika Albert Einstein menerbitkan
analisis matematis mengenai gerakan ini. Einstein menunjukkan bahwa suatu
partikel mikroskopik yang melayang dalam suatu medium akan menunjukkan suatu
gerakan acak karena banyakanya tabrakan oleh molekul-molekul pada sisi-sisi
partikel itu tidak sama (Keenan,1984: 458).
Koloid
seperti pada larutan kopi dan pada perairan rawa/gambut, bila dibiarkan dalam
waktu yang lama, tidak akan terjadi proses pemisahan ataupun pengendapan.
Bahkan dengan proses penyaringan/filtrasi, terkecuali engan proses membran
kolid sukar berdifusi krena ukurannya yang relatif besar. Larutan koloid
biasanya keruh dan menyerakkan/memendarkan sinar yng mengenai larutan tersebut.
Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar bila
dibandingkan dengan larutan kasar dengan massa yang sama. Atas dasar ini koloid
mempunyai daya adsorbsi yang besar. Partikel-partikel koloid mempunyai muatan
listrik akibat penyerapan ion-ion dalam larutan. Muatan ini dapat positif atau
negative (Tim
Dosen Teknik Kimia, 2011:47).
5.3 METODOLOGI PERCOBAAN
5.3.1 Alat dan Rangkaian Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah:
Ø Gelas
piala 500 ml
Ø Gelas
piala 250 ml
Ø Gelas
piala 200 ml
Ø Gelas
piala 50 ml
Ø Gelas
ukur
Ø Gelas
arloji
Ø Pipet
tetes
Ø Tabung
reaksi
Ø Pengaduk
gelas
Ø pH
meter
Ø Mesin
sentrifugal
Ø Senter
baterai
Ø Sendok
plastik
5.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah:
Ø Tepung
kanji 15 ml
Ø Larutan
HCl pekat
Ø Tawas
5 g
Ø Air
rawa yang keruh
Ø Serbuk
tanah/debu
5.3.3 Prosedur Kerja
5.3.3.1 Koloid
Artifisial (Buatan)
1. Diambil
gelas arloji, kemudian
dimasukkan ke dalam
neraca analitis, dan dikalibrasikan.
2. Diambil
serbuk tanah 15 g, kemudian
dimasukkan ke dalam neraca analitis, dan ditimbang di atas gelas
arloji.
3. Dimasukkan
serbuk tanah ke dalam gelas piala 500 ml, ditambahkan 400 ml air, diaduk dan diamati
endapan.
4. Dipisahkan
endapan dengan larutan dengan cara didekantir ke dalam gelas 500 ml. Larutan ini sebagai
larutan induk.
5. Dimasukkan
larutan induk ke dalam gelas piala 200 ml.
6. Dilakukan
penyinaran pada larutan (5) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya
diteruskan, diserap
sebagian, atau
diserap seluruhnya.
7. Diukur
pH larutan (5), ditetesi
HCl pekat sebanyak 2 tetes. Diamati penurunan pHnya dan diamati
perubahan yang terjadi.
8. Dimasukkan
larutan induk ke dalam gelas piala 50 ml, ditambahkan tawas 2,5
g.
9. Diaduk
dan ditunggu 20 menit. Diamati perubahan yang terjadi.
10. Diukur
kanji sebanyak 15 ml pada gelas ukur, dicampur dan diaduk dengan larutan induk 100 ml
dalam gelas piala 250 ml.
11. Dilakukan
penyinaran pada larutan (9) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya
diteruskan, diserap
sebagian,atau diserap seluruhnya.
12. Dimasukkan
larutan induk pada 2 tabung reaksi, masing-masing hingga setengah tabung reaksi.
13. Dilakukan
sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit. Diamati perubahan yang
terjadi.
5.3.3.2 Koloid Alami
1. Dimasukkan
air rawa yang keruh sebanyak 500 ml ke dalam gelas piala 500 ml. Larutan ini sebagai
larutan induk.
2. Dimasukkan
larutan induk ke dalam gelas piala 200 ml.
3. Dilakukan
penyinaran pada larutan (2) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya
diteruskan, diserap
sebagian, atau
diserap seluruhnya.
4. Diukur
pH larutan (2), ditetesi
HCl pekat sebanyak 2 tetes. Diamati penurunan pHnya dan diamati
perubahan yang terjadi.
5. Dimasukkan
larutan induk ke dalam gelas piala 100 ml, ditambahkan tawas 5 g.
6. Diaduk
dan ditunggu 20 menit. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Diukur
kanji sebanyak 15 ml pada gelas ukur, dicampur dan diaduk dengan larutan induk 100 ml
dalam gelas piala 250 ml.
8. Dilakukan
penyinaran pada larutan (6) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya
diteruskan, diserap
sebagian, atau
diserap seluruhnya.
9. Dimasukkan
larutan induk pada 2 tabung reaksi, masing-masing hingga setengah tabung reaksi.
10. Dilakukan
sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit. Diamati perubahan yang terjadi.
5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4.1 Data Hasil Pengamatan
5.4.4.1 Koloid Artifisial (Buatan)
Tabel 5.4.4.1 Hasil Pengamatan
Koloid Artifisial (Buatan)
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Membuat larutan koloid:
- Menimbang serbuk
tanah
- Memasukkan dan
menambahkan air ke
dalam gelas piala 500 ml.
|
- Massa serbuk tanah
=15 g.
- Volume air = 400
ml.
|
2.
|
Memisahkan endapan
dengan larutan dengan cara didekantir ke dalam gelas piala 500 ml. Larutan
ini sebagai larutan induk.
|
- Volume larutan 400
ml
- Larutan berwarna
coklat
gelap di bagian bawah, dan
coklat terang di bagian atas.
|
3.
|
Mengambil larutan
induk
|
Volume larutan induk=
200 ml.
|
4.
|
Menyinari larutan
induk dengan senter baterai.
|
Cahaya sinarnya diserap
seluruhnya.
|
5.
|
Mengukur pH larutan
induk.
|
pH larutan induk =
7,5
|
6.
|
Menambahkan larutan
HCl pekat sebanyak 2 tetes.
|
pH turun menjadi =
5,15
|
7.
|
Mengambil larutan
induk, lalu
memasukkan ke dalam gelas piala 50 ml, dan menambahkan tawas
2,5 g. Mendiamkan selama 20 menit.
|
- Volume larutan
induk 50 ml.
- Larutan tetap keruh
dan di
bawah larutan terdapat
endapan.
|
8.
|
Mengukur kanji pada
gelas ukur.
|
Volume kanji 15 ml.
|
9.
|
Mencampur kanji
dengan larutan induk 100 ml ke dalam gelas piala 250 ml, kemudian mengaduk
larutannya.
|
Larutan berubah
menjadi putih susu.
|
10.
|
Menyinari larutan
dengan senter baterai.
|
Cahaya sinarnya
diserap sebagian.
|
11.
|
Memasukkan larutan
induk pada 2 tabung reaksi masing-masing hingga setengahnya. Memasukkan kedua
tabung reaksi ke dalam mesin sentrifugal dan melakukan sentrifuge pada 2000
rpm selama 15 menit.
|
Air menjadi bening, dan endapan terpisah
dengan larutan ke bawah.
|
5.4.4.2 Koloid Alami
Tabel 5.4.4.2 Hasil Pengamatan
Koloid Alami
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Mengambil air rawa
yang keruh dan memasukkan ke dalam gelas piala 500 ml. Larutan ini induknya.
|
Volume air rawa 500
ml.
|
2.
|
Mengambil dan
memasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 200 ml.
|
Volume larutan induk
200 ml.
|
3.
|
Menyinari larutan
induk dengan senter baterai.
|
Cahaya sinarnya
diteruskan.
|
4.
|
Mengukur pH larutan
induk.
|
pH larutan induk =
7,20
|
5.
|
Menambahkan larutan
HCl pekat sebanyak 2 tetes.
|
pH turun menjadi =
3,48
|
6.
|
Mengambil larutan
induk,lalu memasukkan ke dalam gelas piala 100 ml, dan menambahkan tawas
5 g. Mendiamkan selama 20 menit.
|
- Volume larutan
induk 100 ml
- Larutan tetap
keruh, tetapi
tak
ada endapan.
|
7.
|
Mengukur kanji pada
gelas ukur.
|
Volume kanji 15 ml.
|
8.
|
Mencampur kanji
dengan larutan induk 100 ml ke dalam gelas piala 250 ml.
|
Larutan berubah
menjadi putih susu.
|
9.
|
Menyinari larutan
dengan senter baterai.
|
Cahaya sinarnya
diserap sebagian.
|
10.
|
Memasukkan larutan
induk pada 2 tabung reaksi masing-masing hingga setengahnya. Memasukkan kedua
tabung reaksi ke dalam mesin sentrifugal dan melakukan sentrifuge pada 2000
rpm selama 15 menit.
|
Air menjadi bening, dan endapan
menghilang.
|
5.4.2 Pembahasan
5.4.2.1 Koloid Artifisial (Buatan)
Pada percobaan
ini dilakukan pembuatan larutan koloid dengan menggunakan campuran dari serbuk
tanah dan air. Setelah larutan dibuat, ketika dilakukan penyinaran pada
larutan, ternyata
sinar senter diserap seluruhnya. Hal ini terjadi karena adanya Efek Tyndall, yaitu sifat jika
seberkas cahaya dilewatkan maka cahaya tersebut akan disebarkan atau
dihamburkan. Pada larutan koloid buatan dari serbuk tanah tadi,akibat dari
serbuk tanah maka larutannya berwarna coklat keruh, karena
partikel-partikel pada serbuk tanah tadi masih tergolong relatif besar,
sehingga cahaya yang iberikan diserap seluruhnya oleh larutan.
Ketika
pengukuran pH pada larutan koloid buatan tadi, angka pH yang
ditunjukkan tidak tetap (selalu berubah-ubah). Hal tersebut terjadi karena
sifat koloid yang biasa disebut Gerak Brown, yaitu partikel koloid
yang selalu bergerak lurus ke segala arah, karena sifat koloid
yang selalu bergerak ke segala arah tersebut pH yang ditunjukkan berubah-ubah.
Dengan mencari pH stabilnya,
akhirnya didapat
pHnya adalah 7,5. pH tersebut menunjukkan bahwa larutan koloid buatan tersebut
bersifat netral. Tapi, ketika
larutan ditambahkan larutan HCl sebanyak 2 tetes, pH larutan turun
menjadi 5,15 dan larutan berubah menjadi bersifat asam. Penurunan pH tersebut
terjadi karena adanya gaya adsorpsi dari larutan koloid. Larutan koloid
tersebut menyerap ion H+ yang berasal dari larutan HCl, sehingga larutan
menjadi bersifat asam.
Pada penambahan
tawas pada larutan koloid menghasilkan larutan koloid yang sedikit lebih jernih
dan terbentuk endapan. Penambahan tawas tersebut membuat koloid menjadi tidak
stabil. Tawas jika dilarutkan dalam air akan membentuk aluminium hidroksida
yang dapat melepaskan ion Al3+ dalam air. Ion positif inilah yang
akan menetralkan ion-ion negatif koloid dalam larutan, sehingga penyerapan
terhadap ion Al3+ akan mengakibatkan terjadinya penggumpalan
partikel koloid, atau
yang biasa disebut peristiwa koagulasi. Akibat dari tidak adanya kestabilan
ini, maka
terjadilah endapan. Berikut reaksi yang terjadi:
Al2(SO4)3
+ 6H2O → 2Al(OH)3 + 3H2SO4
Pada penambahan
15 ml kanji pada larutan koloid, larutan
menjadi lebih kental dan pekat dan larutan berubah menjadi putih susu. Hal ini
terjadi karena larutan kanji sudah merupakan koloid, sehingga ketika
dicampurkan larutan koloid menjadi semakin koloid. Ketika dilakukan penyinaran
terhadap larutan tersebut,cahaya diserap sebagian. Hal ini terjadi karena
partikel-partikel larutan koloid sebelumnya relatif besar berkurang menjadi
lebih kecil karena terjadinya penggumpalan antara larutan koloid dengan kanji.
Kemudian pada
tahap akhir, larutan
koloid buatan dimasukkan dalam 2 tabung reaksi untuk dimasukkan dalam mesin
sentrifugal yang kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama 15
menit. Fungsi dari mesin sentrifugal sendiri merupakan pemisahan berdasarkan
gravitasi, memanfaatkan
gaya sentrifugal dimana analit dalam sampel dapat dipisahkan dengan gaya
gravitasi yang menarik endapan ke dasar tabung. Pada dasarnya prinsip
sentrifuge yaitu memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya. Setelah
larutan koloid tadi disentrifuge, larutan
menjadi sangat bening dan terdapat endapan di dasar tabung reaksi. Hal ini
sesuai dengan prinsip kerja sentrifuge, yaitu partikel yang lebih berat jatuh
ke dasar tabung reaksi dan akhirnya menjadi endapan.
5.4.2.2 Koloid Alami
Pada percobaan
ini,digunakan larutan koloid alami yaitu air rawa yang keruh. Untuk mengetahui
ada atau tidaknya sistem koloid pada air rawa tersebut, maka diperlukan
penyinaran. Saat dilakukan penyinaran, cahayanya ternyata diteruskan. Hal ini
disebabkan konsentrasi fase terdispersi pada air rawa lebih kecil daripada
koloid buatan. Selain itu, pada
koloid buatan,partikel-partikelnya lebih besar dibanding koloid alami. Hal
tersebut dikarenakan pada koloid buatan proses pada pengadukannya kurang
sempurna, sehingga
partikel-partikelnya masih terbilang besar. Berbeda dengan air rawa yang
merupakan koloid alami, pada
koloid alami terjadi pelarutan sempurna (alami), sehingga partikel yang
dihasilkan lebih kecil.
Ketika
pengukuran pH pada air rawa tersebut, berbeda dengan koloid buatan, karena koloid alami
telah mengalami pelarutan sempurna, maka Gerak Brown yang terjadi tidak
terlalu banyak, sehingga
pH yang ditunjukkan tidak berubah-ubah, dan diperoleh pH
sebesar 7,20. Ini berarti larutan bersifat netral seperti koloid sebelumnya
yang pHnya belum diturunkan. Kemudian ketika larutan ditambahkan 2 tetes HCl, pH larutan menurun
banyak menjadi 3,48. Terjadinya penurunan tersebut dikarenakan sifat adsorpsi
koloid pada air rawa yang sangat kuat, sehingga pH larutan menurun banyak dan
akhirnya menjadi bersifat sangat asam.
Saat air rawa
ditambahkan tawas, hal
yang terjadi sama persis dengan yang terjadi pada koloid buatan pada saat
ditambahkan tawas, yaitu
larutan menjadi lebih jernih dan terbentuk endapan akibat dari penggumpalan
partikel-partikel koloid. Kemudian, saat air rawa ditambahkan kanji, juga terjadi hal yang
sama seperti pada koloid buatan, yaitu
larutan menjadi lebih kental dan pekat. Berbedanya,karena partikel-partikel
koloid alami dari awal lebih kecil, maka pada saat ditambahkan kanji menjadi
lebih kecil lagi. Tapi, pada
saat dilakukan penyinaran cahaya diserap sebagian seperti pada koloid buatan
pada saat ditambahkan kanji.
Seperti pada
koloid buatan, larutan
koloid air rawa juga dilakukan sentrifuge untuk mempercepat koagulasi dengan
cara memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya. Setelah dilakukan
sentrifuge pada larutan, hasil
yang didapat yaitu larutan menjadi bening dan tak ada sedikitpun endapan. Tak
adanya endapan dikarenakan koloid alami mengandung partikel tanah yang sangat
sedikit karena telah terjadi pelarutan yang sempurna hingga partikel larut di
dalam larutan koloid alami tersebut.
5.5 PENUTUP
5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan
ini adalah:
1.
Ada beberapa sifat
koloid, yaitu
seperti Efek Tyndall, Gerak
Brown, adsorpsi, dan koagulasi.
2.
Pada koloid buatan, cahaya diserap
seluruhnya, sedangkan
pada koloid alami cahaya
diteruskan.
3.
Pada koloid buatan
ataupun koloid alami, saat
ditambahkan tawas larutan menjadi
bening.
4.
Jika ditambahkan HCl
pekat baik pada koloid buatan atau koloid alami, pH keduanya mengalami
penurunan.
5.
Pada koloid buatan
ataupun koloid alami, saat
ditambahkan kanji larutan menjadi
lebih kental dan pekat.
6.
Untuk mempercepat
proses koagulasi larutan maka bisa dilakukan dengan mesin sentrifugal.
5.5.2 Saran
Dalam melakukan
percobaan,sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati setiap perubahan
yang terjadi pada setiap tahap. Praktikan juga harus hati-hati dalam penggunaan
bahan yang tergolong berbahaya. Dan yang paling penting, seorang praktikan harus
fokus terhadap
percobaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Elaine.2006.”Pengertian dan
Jenis-Jenis Koloid”.
diakses pada 29-09-2011.
Keenan,C.W,dkk.1984.”Kimia Untuk
Universitas”.Erlangga: Jakarta.
Nabilah.2008.”Koloid”.
diakses pada 29-09-2011.
Petrucci,Ralph H.1987.”Kimia Dasar Prinsip
dan Terapan Modern”.
Syukri,S.1999.”Kimia Dasar 2”.ITB:
Bandung.
Tim Dosen Teknik
Kimia.2011.”Penuntun Praktikum Kimia Dasar”.Universitas Lambung
Mangkurat:Banjarbaru.
NB:
File diatas ada beberapa yang dihilangkan seperti gambar, karena tidak
bisa copy paste langsung. Namun bagi kawan-kawan yang ingin
mendownload filenya bisa mendownload file yang aslinya dengan gambar.
Silakan download disini
0 komentar:
ANDA SUKA DENGAN ISI ARTIKEL BLOG SAYA?? JANGAN LUPA UNTUK DI KOMEN, LIKE DAN FOLLOW YA. DAN INGAT, HARUS SOPAN. . .
HARAP MENULIS NAMA BILA KOMEN, AGAR KITA LEBIH SALING MENGENAL. SALAM BLOGGING. . .