PERCOBAAN 3 Perbandingan Sifat Fisika dan Kimia Antara Senyawa Ion dan Kovalen
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat
fisika dan kimia senyawa kovalen dan senyawa ion dan mempelajari bagaimana
jenis ikatan dan struktur molekul mempengaruhi sifat fisika dan kimia senyawa.
Senyawa ion dapat menghantarkan listrik dengan baik, sehingga kita dapat
menggunakan dan menerapkannya dalam teknik kimia dan industri. Sedangkan
senyawa kovalen memiliki sifat mudah terbakar, untuk itu kita harus
berhati-hati terhadap senyawa yang mengandung senyawa kovalen.
Percobaan ini mencakup lima pengamatan, yaitu
perbandingan titik leleh, wujud, perbandingan kelarutan, kemudahan terbakar,
dan uji bau. Pengamatan untuk perbandingan titik leleh dilakukan dengan
mengukur suhu saat meleleh dari contoh yang dipanaskan di atas spriritus,
pengamatan wujud dilakukan dengan mengamati wujud dari contoh, perbandingan
kelarutan dilakukan dengan melarutkan contoh dengan pelarut aquadest dan kloroform, kemudahan
terbakar dilakukan dengan membakar contoh dengan api yang diletakkan di atas
sudip, dan uji bau dilakukan dengan membaui contoh dengan mengibaskannya ke
arah praktikan.
Dari percobaan diperoleh hasil bahwa perbedaan sifat
fisika dan kimia dari senyawa kovalen adalah titik leleh rendah, berwujud gas
atau cair pada suhu kamar, larut dalam pelarut non polar, umumnya terbakar, dan
banyak yang berbau. Sedangkan perbedaan sifat fisika dan kimia dari senyawa ion
adalah titik leleh tinggi, berwujud padatan pada suhu kamar, umumnya larut
dalam pelarut polar, tidak terbakar, dan hanya sedikit yang berbau. Senyawa
seperti urea, naftalen, aseton, dan etanol merupakan senyawa kovalen. Sedangkan
KI, NaCl, asam oksalat, Na2CO3 dan MgSO4
merupakan senyawa ion. Hampir semua percobaan sesuai dengan teori, tapi ada
juga yang tidak sesuai disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya seperti
kurang ketelitian praktikan dalam mengamati.
Kata kunci : ikatan, ion, kovalen, atom, titik leleh, polar, non polar, van der walls, Lewis
PERCOBAAN 3
PERBANDINGAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA
ANTARA SENYAWA ION DAN KOVALEN
3.1
PENDAHULUAN
3.3.3.1
Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini adalah mempelajari sifat fisika dan kimia senyawa kovalen dan
senyawa ion serta mempelajari bagaimana jenis ikatan dan struktur molekul
mempengaruhi sifat fisika dan kimia senyawa.
3.3.3.2
Latar Belakang
Kemajuan bidang industri, menuntut
perubahan yang luar biasa. Kebutuhan akan produk-produk berbahan dasar kimia
semakin merajalela. Karena itu sebagai mahasiswa teknik kimia dituntut agar
bisa mengambil kesempatan ini agar bisa berkarya.
Salah satu industri yang menjadi
contoh adalah industri petrokimia. Dimana untuk dapat memurnikan minyak maka
diperlukan pengetahuan tentang ikatan kimia. Sehingga bisa mendapatkan bahan
mentah yang lebih baik dan berkualitas tinggi.
Berdasarkan hal itu, maka praktikan
dituntut memahami tentang ikatan kimia. Sehingga diharapkan praktikan mampu
untuk memahami dan menjelaskan perbandingan sifat fisika dan kimia dari senyawa
ion dan senyawa kovalen. Dan bisa dipraktekkan nantinya di dunia kerja.
3.2
DASAR TEORI
Ikatan kimia adalah ikatan yang
terjadi antar atom atau antar molekul sebagai berikut:
1.
Atom yang satu melepaskan elektron, sedangkan atom yang
lain menerima
elektron (serah terima elektron).
elektron (serah terima elektron).
2.
Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari
masing-masing
atom yang berikatan.
atom yang berikatan.
3.
Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari
salah satu atom yang berikatan.
Tujuan dari pembentukan ikatan kimia
adalah agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur. Elektron yang berperan
dalam pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom atau
unsur yang terlibat. Salah satu petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah
adanya satu golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIII A (gas mulia).
Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron yang terjadi pembentukan ikatan,
ikatan kimia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ikatan ion dan ikatan kovalen.
1.
Ikatan Ion
- Terjadi jika atom unsur yang
memiliki energi ionisasi kecil melepaskan elektron valensinya (membentuk
kation) dan unsur yang memiliki afinitas elektron besar menerima elektron
tersebut (membentuk anion).
- Kedua elektron tersebut kemudian
saling berikatan dengan gaya elektrostatis (sesuai hukum Coulomb).
- Unsur yang cenderung melepaskan
elektron adalah unsur logam sedangkan unsur yang cenderung menrima elektron
adalah unsur nonlogam.
(Agus, 2008:1)
(Agus, 2008:1)
Ikatan ionik terbentuk melalui
perpindahan satu atau lebih elektron valensi dari satu atom ke atom lain. Atom
yang menyerahkan elektron menjadi bermuatan positif, yaitu kation. Atom yang
menerima elektron menjadi bermuatan negatif, yaitu anion. Atom-atom yang
cenderung menyerahkan elektronnya dinamakan elektropositif. Atom-atom yang
cenderung menerima elektron disebut elektronegatif. Ikatan ionik pada dasarnya
bukan benar-benar suatu ikatan. Karena berlawanan muatan, ion-ion tertarik satu
dengan yang lain begitu juga halnya kutub-kutub magnet berlawanan. Dalam
kristal ion-ion tersusun padat dengan cara tertentu, tetapi tidak bisa
menyatakan bahwa ion tertentu ada hubungannya dengan ion yang lain dan tentu
saja jika suatu zat terlarut, ion-ion bergerak dengan bebas. (Hart, 2000 : 4)
Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dan negatif, karena
partikel yang muatannya berlawan tarik menarik. Ion positif dan negatif dapat
terbentuk bila terjadi serah terima elektron antar atom. Atom yang melepaskan
elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan menjadi ion
negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun
selang seling membentuk molekul raksasa dan akan mempunyai sifat tertentu.
Sifat-sifat itu antara lain adalah kebanyakan menunjukkan titik leleh tinggi,
pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan amoniak).
Senyawa ion berwujud padat tidak menghantarkan listrik, karena ion positif dan
negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi cairan senyawa ion akan
menghantarkan listrik karena ion-ion yang lepas dan bebas. Senyawa ion juga
dapat menghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air
karena terionisasi. Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka
senyawa ion berupa padatan dan berbentuk kristal. Permukaan kristal itu tidak
mudah digores atau digeser. Selain dari sifat-sifat yang disebutkan diatas,
senyawa ion juga memiliki sifat hampir tidak terbakar (Syukri, 1999 : 58).
2. Ikatan Kovalen
- Terjadi karena pemakaian bersama
pasangan elektron oleh 2 atom yang berikatan.
- Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan pembentukan elektron yang dilepaskan salah satu atom yang berikatan.
- Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan pembentukan elektron yang dilepaskan salah satu atom yang berikatan.
- Ikatan kovalen terbentuk karena
atom yang memiliki afinitas elektron tinggi serta kelektronegatifannya lebih
kecil dibandingkan ikatan ion.
(Agus, 2008 : 1)
(Agus, 2008 : 1)
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara dua atom dengan
pemakaian bersama sepasang elektron atau lebih. Ikatan kovalen dapat terjadi
antara atom yang sama dengan atom yang berbeda. Sifat-sifat senyawa kovalen
antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh rendah, pada suhu kamar
berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit larut
dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang berbau
(Syukri, 1999 : 58).
Ikatan kovalen terbentuk melalui
penggunaan bersama sepasang atau lebih elektron di antara atom-atom.
Unsur-unsur yang bukan elektronegatif kuat atau elektropositif kuat cenderung
membentuk ikatan melalui penggunaan bersama pasangan elektron bukan melalui
pemindahan elektron. Jika dua atom identik atau mempunyai keelektronegatifan
yang sama, pasangan elektron digunakan secara bersama (Hart, 2000 : 4).
Dalam pembentukkan ikatan ion maupun kovalen atau senyawa, atom
mencapai keadaan yang sama yaitu konfigurasi elektron gas mulia yang mantap.
Dalam ikatan ion, keadaan ini terjadi melalui pengalihan elektron. Dalam ikatan
kovalen, dicapai dengan berpatungan elektron. Elektron yang secara nyata
merupakan patungan antara dua atom yang dihitung dua kali (Antony dan Michael,
1992 : 73).
Jika jumlah ikatan antara molekul air dan sebuah ion meningkat,
ikatan diantara ion dan ion-ion disebelahnya dalam struktur kristal melemah dan
akhirnya ion yang terdehidrasi (misalnya karbon tetraklorida, heksana) kecuali
senyawa kovalen yang mampu berikatan hidrogen dengan air. Senyawa organik yang
mengandung oksigen atau nitrogen (seperti amina dan amida yang berbobot molekul
rendah) dengan empat karbon atau kurang biasanya larut dalam air karena adanya
ikatan hidrogen (Bird,1987 : 187).
Senyawa polar memiliki ciri-ciri
yaitu mudah larut dalam air dan pelarut polar lain, memiliki kutub (+) dan
kutub (-) akibat tidak meratanya distribusi elektron serta memiliki pasangan
elektron bebas atau memiliki perbedaan keelektronegatifan. Senyawa nonpolar,
yaitu memiliki ciri-ciri yang tidak larut dalam air dan pelarut polar lain,
tidak memiliki kutub (+) dan kutub (-) serta tidak memiliki pasangan elektron
bebas atau kelektronegatifannya sama (Sakti, 2008:1).
Kekuatan ikatan antar
partikel menyebabkan perbedaan titik leleh senyawa ion dan kovalen. Gaya tari Van der Walls yang ada di antara molekul
dalam senyawa kovalen jauh lebih lemah dibandingkan dalam senyawa ion. Karena
itu hanya sedikit energi (kalor lebih rendah) yang diperlukan oleh molekul dari
senyawa kovalen untuk merusak keadaan padatnya yang teratur dan berubah menjadi
keadaan cair yang acak. Dengan kata lain senyawa kovalen meleleh pada suhu yang
lebih rendah dibanding senyawa ion. Polimer berbobot molekul tinggi (plastik,
protein, pati dan lain-lain) yang banyak mengandung ikatan kovalen, tentunya
memiliki titik didih amat tinggi, tetapi kebanyakan terurai menjadi molekul
yang lebih kecil jauh sebelum titik didih tercapai (Agus, 2008 : 1).
Tabel 3.1 Perbandingan
Sifat Fisika Senyawa Ion dan Kovalen
No.
|
Senyawa Kovalen
|
Senyawa Ion
|
1.
|
Kebanyakan menunjukan
titik leleh rendah (<350° C).
|
Kebanyakan menunjukan
titik leleh tinggi (>350° C, sering sampai 1000° C).
|
2.
|
Umumnya cairan atau gas
pada suhu kamar.
|
Semuanya padatan pada
suhu kamar.
|
3.
|
Umumnya larut dalam
pelarut non polar, sedikit larut dalam air.
|
Umumnya larut dalam air
dan beberapa larut dalam pelarut non polar.
|
4.
|
Sedikit yang
menghantarkan listrik.
|
Umumnya menghantarkan
listrik.
|
5.
|
Umumnya terbakar
|
Hampir tidak terbakar.
|
6.
|
Banyak yang berbau
|
Sedikit yang berbau.
|
(Tim Dosen FMIPA UNJ, 2009
: 32).
Senyawa ionik dan senyawa
kovalen polar cenderung larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa kovalen
nonpolar cenderung larut dalam pelarut nonpolar. Contoh dari senyawa kovalen
polar adalah HCl, NH3, dan CH3COOH sedangkan contoh dari senyawa
ionik adalah senyawa basa dan garam seperti NaOH, NaCl, Na2CO3
dan basa atau garam lainnya (Wanibesak, 2010 : 1).
Kloroform adalah nama umum untuk
triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan
sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan
sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu
ruang berupa cairan, namun
mudah menguap. (Wikipedia, 2011 : 1).
3.3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.3.1
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Termometer
-
Pipet Tetes
-
Spatula
-
Gelas beker 250 ml
-
Gegep
-
Bunsen
-
Spatula
-
Korek api
3.3.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah
-
Etanol
-
Aseton
-
MgSO4
-
KI
-
Naftalen
-
Urea
-
Asam Oksalat (H2C2O11)
-
NaCl
-
Na2CO3
-
Aquadest
-
Kloroform
3.3.3
Prosedur Kerja
3.3.3.1
Perbandingan Titik Leleh
3.3.3.1.1
Senyawa Kovalen
1.
Memasukkan sejumlah urea ke dalam tabung reaksi,
memasukkan termometer di dalamnya.
2.
Memanaskan tabung reaksi di atas nyala api spiritus.
Mencatat suhu tepat pada saat contoh urea mulai meleleh dan suhu saat seluruh
contoh urea telah meleleh, ini merupakan kisaran titik leleh.
3.
Mengulangi untuk naftalen.
4.
Mencatat kisaran titik leleh untuk tiap senyawa,
mengulangi pengamatan masing-masing senyawa dua kali lagi.
5.
Mencari data titik leleh dari buku acuan, dan
membandingkan dengan hasil pengamatan.
3.3.3.1.2
Senyawa Ion
Tidak melakukan percobaan, karena
titik leleh senyawa ion sangat tinggi.
3.3.3.2
Wujud
Mengamati
wujud bahan-bahan senyawa Na2CO3, KI, NaCl, MgSO4,
urea, naftalen, asam oksalat, aseton, dan etanol.
3.3.3.3
Perbandingan Kelarutan
1.
Memasukkan urea ke dalam tabung reaksi I, menambahkan
air, mengaduk, dan mengamati. Memasukkan pula urea ke dalam tabung reaksi II,
menambahkan N-hexane, mengaduk dan mengamati.
2.
Mengulangi untuk contoh KI, naftalen, NaCl, urea, MgSO4,
aseton.
3.
Mengamati adakah senyawa kovalen yang larut dalam air.
3.3.3.4
Kemudahan Terbakar
1.
Meletakkan beberapa tetes etanol pada spatula,
kemudian membakar dengan api, mengamati apakah etanol dapat terbakar.
2.
Mengulangi langkah yang sama untuk bahan-bahan senyawa
Na2CO3, KI, NaCl, MgSO4, urea, naftalen, asam
oksalat, aseton, dan etanol.
3.3.3.5
Uji Bau
Mengidentifikasi
bau Na2CO3, KI, NaCl, MgSO4, urea, naftalen,
asam oksalat, aseton, dan etanol.
3.4
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4.1
Hasil
Tabel 3.2 Hasil Perbandingan Titik Leleh dan Titik Didih
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Memasukan
sejumlah urea ke dalam tabung reaksi
|
Wujud
kristal
|
2.
|
Memasukkan
termometer ke dalamnya
|
|
3.
|
Memanaskan
tabung reaksi di atas bunsen yang menyala hingga meleleh.
|
T1= 63° C
T2= 72° C
Wujud
menjadi cair
|
4.
|
Mengulangi
untuk naftalen
|
T1= 55° C
T2= 85° C
Wujud
kristal menjadi cair
|
5.
|
Mengulangi
untuk aseton
|
T1= 35° C
T2= 40° C
Wujud cair
|
6.
|
Mengulangi
untuk etanol
|
T1= 47° C
T2= 62° C
Wujud cair
|
Tabel 3.3
Hasil Perbandingan Wujud
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Mengamati
MgSO4
|
Kristal
putih, kasar
|
2.
|
Mengamati
NaCl
|
Kristal
putih, kasar
|
3.
|
Mengamati KI
|
Kristal
putih, kasar
|
4.
|
Mengamati
Na2CO3
|
Serbuk
putih, halus
|
5.
|
Mengamati
naftalen
|
Kristal
putih, kasar
|
6.
|
Mengamati
urea
|
Kristal
putih, kasar
|
7.
|
Mengamati
asam oksalat
|
Kristal
putih, kasar
|
8.
|
Mengamati
aseton
|
Cairan
bening
|
9.
|
Mengamati
etanol
|
Cairan
bening
|
Tabel 3.4
Hasil Perbandingan Kelarutan (Polar)
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Mencampur
aquadest dengan NaCl pada tabung reaksi
|
Larut
|
2.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk KI
|
Larut
|
3.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk Na2CO3
|
Larut
|
4.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk MgSO4
|
Larut
|
5.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk urea
|
Larut
|
6.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk asam oksalat
|
Larut
|
7.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk naftalen
|
Tidak
larut
|
8.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk aseton
|
Tidak
bercampur
|
9.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk etanol
|
Tidak
bercampur
|
Tabel 3.5
Hasil Perbandingan Kelarutan (Non Polar)
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Mencampur
kloroform dengan NaCl pada tabung reaksi
|
Tidak
larut
|
2.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk KI
|
Tidak
larut
|
3.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk Na2CO3
|
Tidak
larut
|
4.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk MgSO4
|
Tidak
larut
|
5.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk urea
|
Tidak
larut
|
6.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk asam oksalat
|
Tidak
larut
|
7.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk naftalen
|
Larut
|
8.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk aseton
|
Bercampur
|
9.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk etanol
|
Bercampur
|
Tabel 3.6
Hasil Perbandingan Kemudahan Terbakar
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Meletakkan
beberapa tetes etanol pada spatula, membakar dengan api bunsen
|
Mudah
terbakar
|
2.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk KI
|
Tidak
terbakar
|
3.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk Na2CO3
|
Tidak
terbakar
|
4.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk MgSO4
|
Tidak
terbakar
|
5.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk urea
|
Tidak
terbakar
|
6.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk asam oksalat
|
Tidak
terbakar
|
7.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk naftalen
|
Mudah
terbakar
|
8.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk aseton
|
Mudah
terbakar
|
9.
|
Mengulangi
langkah yang sama untuk NaCl
|
Tidak
terbakar
|
Tabel 3.7
Hasil Identifikasi Bau
No.
|
Langkah
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Mengidentifikasi
bau naftalen
|
Berbau
seperti kapur barus
|
2.
|
Mengidentifikasi
bau aseton
|
Berbau
seperti lem
|
3.
|
Mengidentifikasi
bau etanol
|
Berbau
seperti alkohol
|
4.
|
Mengidentifikasi
bau MgSO4
|
Tidak
berbau
|
5.
|
Mengidentifikasi
bau KI
|
Berbau
tidak tajam
|
6.
|
Mengidentifikasi
bau urea
|
Berbau
tidak tajam
|
7.
|
Mengidentifikasi
bau asam oksalat
|
Tidak
berbau
|
8.
|
Mengidentifikasi
bau NaCl
|
Tidak
berbau
|
9.
|
Mengidentifikasi
bau Na2CO3
|
Tidak
berbau
|
3.4.2
Pembahasan
3.4.2.1
Perbandingan Titik Leleh
Senyawa ion pada suhu kamar sebagian
besar berbentuk padat keras, tetapi mudah patah dengan titik didih dan titik
leleh relatif tinggi sekitar >350°C-1000°C. Sedangkan senyawa kovalen pada
suhu kamar dapat berupa padat, cair atau gas dengan titik didih dan leleh
rendah sekitar <350°C. Senyawa kovalen memiliki titik leleh rendah karena
ikatan kovalen memiliki ikatan antar atom yang lemah daripada ikatan ion,
sehingga hanya perlu sedikit energi untuk merusak keadaan padatnya yang teratur
menjadi keadaan yang acak.
Pada percobaan ini, digunakan
senyawa kovalen seperti urea dan naftalen untuk penentuan titik leleh sedangkan
etanol dan aseton untuk penentuan titik didih. Berdasarkan pengamatan
didapatkan hasil titik leleh untuk urea adalah 72°C dan untuk naftalen adalah
85°C. Tapi, berdasarkan data teoritisnya, titik leleh urea dan naftalen adalah
132,7°C dan 80°C. Sedangkan hasil pengamatan titik didih didapat hasil untuk
etanol adalah 62°C sedangkan aseton adalah 40°C. Tapi, berdasarkan data
teoritisnya, titik didih etanol dan aseton adalah 79°C dan 56,53°C. Perbedaan
antara hasil pengamatan dengan data teoritis kemungkinan disebabkan faktor
teknis dan non teknis. Faktor teknis bisa disebabkan oleh kesalahan manusia.
Seperti kesalahan dalam pembacaan alat laboratorium atau kesalahan penggunaan
alat yang menyebabkan hasil teoritis tidak sama dengan hasil percobaan.
Sedangkan faktor non teknis seperti faktor lingkungan yang berbeda. Faktor
lingkungan yang dimaksud bisa berupa tekanan udara, suhu, dan iklim. Selain itu,
faktor kebersihan alat praktikum juga mempengaruhi hasil percobaan.
Dari perbandingan titik leleh dapat
disimpulkan bahwa senyawa kovalen memiliki titik leleh lebih rendah daripada
senyawa ion yang memiliki data teoritis untuk titik leleh <350°C-1000°C. Ini
disebabkan adanya gaya tarik Van der
Walls yang ada di antara molekul dalam senyawa kovalen jauh lebih rendah
dibandingkan senyawa ion. Karena itu hanya sedikit energi yang diperlukan oleh
molekul dari senyawa kovalen untuk merusak keadaan padatnya yang teratur dan
berubah menjadi keadaan cair yang lebih acak.
Untuk senyawa ion, menentukan titik
lelehnya sangat sulit dan tidak mungkin dilakukan pada percobaan ini. Karena
senyawa ion memiliki ikatan antara ion-ion dengan gaya elektrostatis sangat
kuat dengan suatu susunan kristal yang tertentu dan teratur. Oleh karena itu
praktikan hanya bisa membandingkan lewat data teoritis. Berikut adalah data
beberapa titik leleh senyawa ion:
Tabel 3.8 Titik Leleh Senyawa Ion
No.
|
Senyawa
Ion
|
Titik
Leleh
|
1.
|
NaCl
|
800°C
|
2.
|
KI
|
681°C
|
3.
|
MgSO4
|
1124°C
|
4.
|
Na2CO3
|
170°C
|
(Annisa,
2008 : 1)
3.4.2.2
Wujud
Pada
pengamatan wujud, wujud antara senyawa ion dan kovalen berbeda. Salah satu
perbedaan antara senyawa ion dan kovalen yaitu pada suhu kamar, senyawa ion
berupa padatan. Sedangkan senyawa kovalen umumnya berbentuk cair atau gas.
Adanya yang berwujud cairan pada senyawa kovalen, karena dalam temperatur kamar,
ikatan ionik pada senyawa kovalen lebih lemah daripada senyawa ion yang berwujud
padat karena setiap ion di kelilingi ion-ion yang muatannya berlawanan yang
membentuk suatu susunan seperti kristal yang mengakibatkan ikatan ionik kuat.
Berdasarkan
hasil pengamatan, etanol dan aseton memiliki wujud cair dan bening. Sedangkan
senyawa kovalen lain berwujud padat dan berwarna putih. Untuk pengamatan pada
senyawa ion seperti MgSO4, asam oksalat, NaCl, KI, dan Na2CO3
berwujud padatan.
Perbedaan
wujud senyawa kovalen dan ion disebabkan ikatan-ikatan kovalen pada senyawa
kovalen yang relatif lemah dan daya tarik menarik antar molekulnya kecil,
sehingga membentuk senyawa dengan kerapatan molekul yang kecil. Sedangkan
senyawa ion umumnya berwujud padatan, karena ikatan antar ion yang terbentuk
sangat kuat dan daya tarik molekulnya besar. Dengan begitu menyebabkan
kerapatan antar molekul pada senyawa ion lebih besar sehingga mengakibatkan
wujud yang terbentuk pada senyawa ion terbentuk padat pada suhu kamar.
3.4.2.3
Perbandingan Kelarutan
Pada percobaan ini menggunakan air sebagai
pelarut polar dan kloroform sebagai pelarut non polar. Pelarut polar adalah pelarut
yang molekulnya terbentuk dari senyawa yang keelektronegatifannya tinggi.
Sedangkan pelarut non polar adalah pelarut yang molekulnya terbentuk dari
senyawa yang tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Untuk senyawa ion seperti MgSO4,
KI, asam oksalat, Na2CO3, dan NaCl larut dalam pelarut
polar. Ini disebabkan senyawa ion memiliki dipol-dipol yang tidak saling
meniadakan dan pelarutnya polar memiliki perbedaan keelektronegatifan. Selain
itu senyawa ion dapat larut dalam pelarut polar yaitu air, karena molekul air
polar, berarti memiliki muatan, yaitu kutub positif dan negatif. Karena senyawa
ion terdiri atas kation (ion positif) dan anion (ion negatif). Maka akibat
keduannya memiliki muatan, menyebabkan gaya yang saling tarik menarik antar
keduannya hingga menyebabkan keduanya bercampur menjadi homogen. Dimana kutub
positif molekul air menarik ion negatif senyawa ion dan kutub negatif menarik
ion positif senyawa ion.
Untuk senyawa kovalen seperti
naftalen, urea, aseton dan etanol, cuma urea yang tidak menyatu dalam pelarut
non polar. Sebaliknya malah larut dalam pelarut polar seperti senyawa ion. Ini
disebabkan karena urea dapat mengikat hidrogen positif dalam air. Sehingga
menyebabkan urea larut dalam air. Sedangkan untuk naftalen, aseton dan etanol
yang larut dalam pelarut non polar. Ini disebabkan PEI(pasangan elektron ikatan)
pada ikatan kovalen tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang berikatan.
Sehingga terbentuk atom-atom unsur mempunyai beda keelektronegatifan nol atau
mempunyai momen dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri.
3.4.2.4
Kemudahan Terbakar
Senyawa kovalen
merupakan senyawa yang sangat mudah terbakar seperti aseton, etanol dan
naftalen. Ini disebabkan senyawa kovalen pada umumnya merupakan senyawa organik
yang banyak mengandung karbon dan hidrogen hingga menyebabkan mudah bereaksi
dengan oksigen membentuk H2O dan CO2 pada saat
pembakaran. Namun pada urea yang merupakan senyawa kovalen malah tidak
terbakar. Ini disebabkan karena terdapat gaya tarik menarik antara ion positif
dan ion negatif begitu kuat sehingga tidak mudah terbakar.
Sedangkan
senyawa ion tidak dapat dibakar seperti pada MgSO4, KI, asam
oksalat, NaCl dan Na2CO3. Ini disebabkan karena ikatannya
terbentuk dari atom-atom yang memiliki suatu keelektronegatifan yang rendah.
Sehingga menyebabkan gaya tarik-menarik antara ion positif dan ion negatif pada
senyawa ion begitu kuat hingga tidak mudah terbakar.
Adapun reaksi pembakaran berdasarkan
percobaan:
a.
Pembakaran etanol
C2H5OH(l)
+ 3O2(g) 2CO2(g)
+ 3H2O(l)
b.
Pembakaran aseton
C3H6O(l)
+ 4O2(g) 3CO2(g)
+ 3H2O(l)
c.
Pembakaran Naftalen
C10H8(s)
+ 12O2(g) 10CO2(g)
+ 4H2O(l)
d.
Pembakaran urea
(NH2)2CO(s)
+ O2(g) Tidak
bereaksi
e.
Pembakaran KI
KI(s) +
O2(g) Tidak
bereaksi
f.
Pembakaran MgSO4
Mg2SO4(s)
+ O2(g) Tidak
bereaksi
g.
Pembakaran NaCl
NaCl(s)
+ O2(g) Tidak
bereaksi
h.
Pembakaran Na2CO3
Na2CO3(s)
+ O2(g) Tidak
bereaksi
i.
Pembakaran asam oksalat
H2C2O4(s)
+ O2 Tidak
bereaksi
3.4.2.5
Uji Bau
Berdasarkan pengamatan, senyawa
kovalen seperti urea, naftalen dan etanol berbau khas dan mudah dikenali.
Seperti etanol berbau alkohol, aseton berbau seperti lem, dan naftalen berbau
kapur barus. Cuma urea yang baunya kurang tajam sehingga sulit untuk dikenali.
Tapi, berdasarkan percobaan dapat disimpulkan senyawa kovalen sebagian besar
mempunyai bau. Ini disebabkan karena senyawa kovalen berbentuk dari atom-atom
non logam yang pada umumnya berbau, karena ada elektron bebas pendekatan dengan
ikatan valensi dan orbital molekulnya yang jika diberi tekanan, maka
sebaris/selapis atom dapat bergeser kedudukan. Kemudian berikatan dengan atom
lain. Akibatnya ada bau yang dihasilkan logam, sehingga apabila keduannya
berikatan maka senyawa yang terjadi juga akan berbau.
Sedangkan senyawa ion seperti MgSO4,
NaCl, asam oksalat, dan Na2CO3 tidak berbau. Hanya KI
yang memiliki bau dan itupun tidak tajam sehingga sulit dikenali. Tapi,
berdasarkan percobaan dapat disimpulkan senyawa ion sebagian besar tidak
berbau. Ini disebabkan karena senyawa ion sebagian besar tidak berbau. Ini
disebabkan karena senyawa ion terbentuk dari atom logam dan non logam, sehingga
apabila berikatan dapat menghasilkan senyawa tidak berbau dan berbau. Walaupun
dominan senyawa ion tidak berbau karena kebanyakan atom pembentuknya lebih
banyak non logam daripada logam.
Urea adalah suatu senyawa
organik yang terdiri dari
unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4
atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide
yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai
adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa
ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa
anorganik.
Naftalena mempunyai senyawa aromatis
yang mengeluarkan bau. Struktur utama dari senyawa aromatis adalah membentuk
cincin benzena. Cincin benzena biasanya digambarkan dengan segienam beraturan
yang tiap sudutnya merupakan atom C dengan mengikat H dan ikatan rangkap berselang-seling
antara dua atom C.
Pada etanol
dan aseton berbau tajam karena senyawa kovalen merupakan senyawa organik yang
mengandung atom karbon C yang mudah terurai oleh udara. Sehingga menyebabkan
bau pada ikatan kovalen lebih tajam. Berbeda dengan senyawa ion yang pada
ikatannya jarang terdapat karbon C sehingga sebagian besar ion tidak tercium
baunya.
3.5
PENUTUP
3.5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1.
Perbedaan sifat fisika dan kimia pada senyawa ion dan
senyawa kovalen dipengaruhi oleh jenis ikatannya dan struktur molekulnya.
2.
Senyawa kovalen meliputi etanol, aseton, naftalen, dan
urea. Sedangkan senyawa ion meliputi MgSO4, KI, asam oksalat, NaCl,
dan Na2CO3.
3.
Ikatan kovalen memiliki titik leleh lebih rendah jika
dibandingkan dengan ikatan ion.
4.
Sebagian besar senyawa kovalen berwujud cair atau gas,
sedangkan senyawa ion berbentuk padatan.
5.
Pada senyawa kovalen, umumnya larut dalam pelarut non
polar. Sedangkan senyawa ion seluruhnya tidak dapat terbakar.
6.
Pada umumnya senyawa kovalen sebagian besar mudah terbakar,
sedangkan senyawa ion seluruhnya tidak dapat terbakar.
7.
Kebanyakan pada ikatan kovalen memiliki bau yang
sangat tajam, sedangkan ikatan ion kebanyakan tidak memiliki bau.
3.5.2
Saran
Saran untuk
percobaan ini adalah praktikan harus teliti dalam melihat hasil pengamatan.
Seperti dalam mengamati termometer. Agar hasil yang didapat tidak terlalu jauh
dari data teoritisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2008. Ikatan Kimia dan Definisi ikatan.
diakses pada tanggal 13-10-2011
Annisa, 2008. Perbandingan Sifat Senyawa Ion dan Kovalen.
diakses pada tanggal 13-10-2011
Bird, Tony.1987. Penuntun Praktikum
Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia : Jakarta.
Hart. 2000. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga
Sakti, 2008. Perbedaan Senyawa Polar dan Non.
diakses pada tanggal 13-10-2011
Syukri, S.
1999. Kimia Dasar Jilid 1. ITB
: Bandung.
Tim Dosen FMIPA
Kimia UNJ. 2010. Penuntun Praktikum. UNJ : Jakarta.
Wanibesak, Emser.
2010. Perbedaan Senyawa Ionik dan Kovalen.
diakses pada tanggal 12-10-2011
Wikipedia. 2011. Kloroform.
diakses pada tanggal 22-10-2011
Wilbraham, Anthony C
dan Matta, Michael S. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB : Bandung.
NB: File diatas ada beberapa yang dihilangkan seperti gambar, karena tidak bisa copy paste langsung. Namun bagi kawan-kawan yang ingin mendownload filenya bisa mendownload file yang aslinya dengan gambar. Silakan download disini
Semoga membantu. . .
komik statis - eksperimen mini
BalasHapushttp://searsir.blogspot.com