Laporan Percobaan 1: Asidimetri dan Alkalimetri
ASIDIMETRI
DAN ALKALIMETRI
1.1
PENDAHULUAN
1.1.1
Tujuan
Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah sebagai berikut
1.
Membuat larutan standar HCl 0,1 N serta
menetapkan konsentrasi larutan standar HCl dengan cara standarisasi dengan
larutan baku (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3
anhidrous.
2.
Membuat larutan standar NaOH dan
standarisasi dengan asam oksalat.
3.
Menentukan kadar asam dalam asam cuka
yang diperdagangkan serta menentukan kadar NH2 dalam garam amonium
(NH4Cl).
1.1.2
Latar
Belakang
Titrasi adalah
salah satu cara menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu sampel.
Namun, titrasi sendiri bermacam-macam, tidak hanya satu. Asidimetri dan
alkalimetri adalah salah satu proses titrasi.
Titrasi
asam-basa ini sangat berguna dalam bidang pertanian yaitu untuk pembuatan pupuk
kalium klorida yang dalam pembentukannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya
sebagai penguji dengan proses titrasi. Atau dalam industri lain seperti
penentuan sulfite dalam minuman anggur menggunakan iodine yang merupakan asam.
Oleh sebab itu,
maka praktikum ini dirasa penting. Karena proses titrasi ini banyak
diaplikasikan di berbagai bidang industri, maka sebagai mahasiswa teknik kimia
harus bisa memahami konsep percobaan agar tidak canggung apabila berada dalam
dunia industri.
1.2
DASAR
TEORI
Reaksi penetralan atau
asidimetri dan alkalimetri melibatkan titrasi basa bebas. Basa yang terbentuk
karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar
(asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis
garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hidrogen untuk membentuk air
(Basset, 1994:261).
Larutan baku/ larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku
biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet
volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer (Farx, 2011)
Indikator asam – basa
ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya
biru brotimol (BB) dalam larutan asam ia berwarna kuning tetapi dalam
lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam
dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukan dalam keadaan
basa disebut warna basa (Harjadi, 1990:134).
Rentang pH indikator, indikator tidak berubah
warna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh harga pKind-nya).
Malahan, mengubah sedikit rentang pH. Terjadi perubahan kecil yang
berangsur-angsur dari satu warna menjadi warna yang lain, menempati rentang pH.
Secara kasar "aturan ibu jari", perubahan yang tampak menempati
sekitar 1 unit pH pada tiap sisi harga pKind+ (Clark, 2007).
1.
Reaksi kimia antar analit dan titrant
diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk apa yang akan dihasilkan
nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan dihasilkan harus jelas dan
pasti
2.
Reaksi harus berjalan dengan cepat
3.
Harus ada sesuatu yang bisa menandakan
atau mengindikasikan bahwa reaksi antara analit dengan titrant sudah equivalent
secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan warna, perubahan arus listrik,
perubahan pH, dengan penambahan indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk
mengamati perubahan tersebut.
4.
Tidak ada hal lain yang mengganggu
reaksi antara analit dengan titrant
5.
Reaksi antara analit dengan titrant
harus memiliki kesetimbangan jauh kearah kanan (artinya kesetimbangannya mengarah
kearah pembentukan produk) hal ini untuk memastikan secara kuantitatif reaksi
bisa dihitung, dan memastikan titik akhir titrasi bisa diamati (Syarif, 2011:10-11).
Pengenceran adalah
proses penambahan pelarutan terhadap larutan. Tujuan pengenceran adalah untuk
memperkecil konsentrasi larutan. Pada peristiwa pengenceran jumlah zat terlarut
tidak berubah. Sedangkan volume larutan berubah, akibatnya % volumenya akan
kecil (Harjadi, 1990:147).
Suatu larutan standar adalah larutan
yang mengandung eagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume
tertentu suatu larutan. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang
konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang
dilarutkan dan volume yang terjadi, suatu zat standar primer harus memenuhi
persyaratan, yaitu sebagai berikut:
1.
Zat harus mudah diperoleh, mudah
dimurnikan dan juga mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 1100+-
1200C).
2.
Zat harus tidak berubah dalam udara
selama penimbangan. Kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh
higroskopis, tidak pula dioksidasi udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
Standar ini juga harus dijaga agar komposisinya tidak berubah saat penyimpanan.
3.
Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor
dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah
total zat-zat pengotor, umumnya tidak boleh melebihi 0, 01-0, 02 ).
4.
Zat harus mempunyai ekivalen yang
tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
5.
Zat harus mudah larutpada kondisi-kondisi
dalam mana ia digunakan.\
6.
Reaksi dengan larutan standar itu harus
soikiometri dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau
mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
Zat-zat yang biasa
digunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium karbonat (Na2CO3),
natrium tetrabonat (Na2B4O7), kalium hydrogen
iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan.
Sedangkan standar sekunder adalah zat yang dapat digunakan untuk standarisasi
dan yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan de ngan
pembandingan dengan suatu standar primer (Basset, 1994:255).
Larutan
yang dititrasi dalam asidmetri dan alkalimetri mengalami perubahan pH.
Misalnya, bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula
rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan
pengukur pH pada awa titrasi yakni saat belum ditambah dengan basa dan pada
saat tertentu setelah titrasi dimulai, maka pH larutan dapat dialurkan lewat grafik
yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita gunakan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi maka indikator harus berubah warna tepat pada
saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan
titrasi. Perubahan warna ini harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada
keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Bila perubahan warna
mendadak sekali (yakni tetes terakhir menyebabkan warna sama sekali lain) maka
dikatakan bahwa titik akhirnya tegas atau tajam (Harjadi, 1999:143).
1.3 METODOLOGI
1.3.1 Alat dan Rangkaian Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah :
Ø Erlenmeyer
250 mL
Ø Gelas
bekker 250 mL dan 500 mL
Ø Sudip
Ø Corong
Ø Propipet
Ø Pipet
tetes
Ø Labu
ukur 250 mL
Ø Pipet
gondok 10 mL
Ø Gelas
arloji
Ø Gelas
ukur 50 mL dan 100 mL
Ø Buret
asam dan basa 50 mL
Ø Kompor
listrik
Ø Neraca
analitik
1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah :
Ø HCl
0,1 N
Ø Akuades
Ø NaOH
Kristal 1 gram
Ø Asam
oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,6 gram
Ø Borax
(Na2B4O7.10H2O) 0,2 gram
Ø Amonium
klorida (NH4Cl) 0,2 gram
Ø Asam
cuka 5 mL
Ø Indikator
PP
Ø Indikator
methyl-orange
1.3.3 Prosedur percobaan
1.3.3.1 Asidimetri
1.3.3.1.1 Standarisasi
HCl dengan Borax
1.
Menimbang dengan tepat 0,2 gram Borax
2.
memasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL
dan mengencerkan dengan akuades sebanyak 25 mL lalu mengocok hingga larut.
3.
Menambahkan 3 tetes indikator metil orange.
4.
Menitrasi dengan larutan HCl sampai
berubah warna dari kuning menjadi merah muda.
5.
Mencatat volume titran.
1.3.3.1.2 Standarisasi
HCl dengan Na2CO3
1.
Menimbang 0,2 gram Na2CO3
dan melarutkan dengan akuades sebanyak 60 mL di dalam erlenmeyer dan mengocok
sampai larut.
2.
Menambahkan 3 tetes indikator metil orange.
3.
Menitrasi dengan larutan HCl sampai
berubah warna dari jingga menjadi merah muda.
4.
Mencatat volume titran.
1.3.3.2 Alkalimetri
1.3.3.2.1 Membuat
larutan standar NaOH
1.
Menimbang 1 gram kristal NaOH dan
melarutkannya dengan akuades yang telah dipanaskan dan memasukkan ke dalam labu
ukur 250 mL.
2.
Memindahkan ke dalam gelas beker 500 mL
1.3.3.2.2 Standarisasi
NaOH dengan Asam Oksalat
1.
Menimbang 0,6 gram Asam Oksalat dengan
gelas arloji. Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
2.
Melarutkan dengan akuades sampai volume
100 mL.
3.
Mengambil asam oksalat sebanyak 10 mL.
4.
Menambahkan indikator PP sebanyak 3
tetes.
5.
Menitrasi dengan larutan NaOH sampai
terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
6.
Mencatat volume titran dan melakukan
percobaan sebanyak 2 kali.
1.3.3.2.3 Menentukan
kadar NH3 dalam Amonium Klorida (NH4Cl)
1.
Menimbang 0,2 gram NH4Cl dengan
gelas arloji. Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
2.
Menambahkan dengan NaOH yang telah distandarisasi
sebanyak 75 mL.
3.
Menambahkan 3 tetes indikator metil orange.
4.
Menitrasi dengan HCl sampai terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi merah muda.
5.
Mencatat volume titran.
1.3.3.2.4 Penentuan
Kadar Asam dalam Asam Cuka yang diperdagangkan
1.
Menimbang gelas bekker kosong, setelah
itu memasukkan 5 mL asam cuka, lalu menimbang lagi dan menghitung massa cuka.
2.
Memindahkan asam cuka ke dalam labu ukur
250 mL dan menambahkan akuades sampai tanda batas dan mengocoknya.
3.
Memipet 10 mL asam cuka ke dalam erlenmeyer
dan menambahkan 3 tetes indikator PP.
4.
Menitrasi dengan larutan NaOH standar
sampai warna merah muda.
5.
Mencatat volume titran.
4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN
|
4.1.1.1 Asidimetri
Tabel 1.1 Standarisasi dengan Borax
No.
|
Prosedur
Kerja
|
Hasil
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Penimbangan
Borax
Pengenceran
dengan akuades
Penambahan
3 tetes metil orange
Penitrasian
dengan HCl
Pencatatan
volume titran
|
m
= 0,2 gram
V
= 25 mL
Warna
larutan kuning
Warna
larutan merah muda
V
= 10 mL
|
Tabel 1.2 Standarisasi dengan Na2CO3
anhidrous
No.
|
Prosedur
Kerja
|
Hasil
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Penimbangan
Na2CO3
Pengenceran
dengan akuades
Penambahah
3 tetes indikator metil orange
Penitrasian
dengan HCl
Pencatatan
volume titran
|
m
= 0,2 gram
V
= 60 mL
Warna
larutan kuning
Warna
larutan merah muda
V
= 32,3 mL
|
4.1.1.2 Alkalimetri
Tabel 1.3 Membuat Larutan Standar NaOH
No.
|
Prosedur
Kerja
|
Hasil
|
1.
2.
3.
|
Penimbangan
NaOH dan pelarutan dengan akuades
Pemasukan
ke dalam labu ukur dan pengenceran NaOH
Penyimpanan
larutan dalam botol tertutup
|
m
= 1 gram
larutan
menjadi panas
V
= 250 mL
|
Tabel 1.4 Standarisasi NaOH dengan Asam
Oksalat
No.
|
Prosedur
Kerja
|
Hasil
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Pelarutan
asam oksalat
Pelarutan
dengan akuades
Pengambilan
larutan dan penambahan indikator PP 3 tetes
Penitrasian
dengan NaOH standar
Pencatatan
volume titran
|
m
= 0,6 gram
V
= 100 mL
V
= 10 mL
Warna
larutan bening
Warna
larutan merah muda
Vtitran
= 18 mL
|
Tabel 1.5 Menentukan Kadar NH3
dalam NH4Cl
No.
|
Prosedur
Kerja
|
Hasil
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Penimbangan
NH4Cl
Penambahan
larutan NaOH standarisasi
Penambahan
indikator methyl-orange
Penitrasian
dengan HCl
Pencatatan
volume titran
|
m
= 0,2 gram
V
= 75 mL
Indikator
MO = 3 tetes
Warna
larutan kuning
Warna
larutan merah muda
|
Tabel 1.6 Penentuan Kadar Asam dalam
Asam Cuka yang diperdagangkan
No.
|
Prosedur
Kerja
|
Hasil
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Penimbangan
cuka
Pengenceran
cuka dengan akuades
Pemasukan
cuka ke erlenmeyer
Penambahan
indikator PP
Penitrasian
dengan NaOH
Pencatatan
volume titran
|
m
= 4,481 gram
Vasam
cuka= 5 mL
Vakuades
= 250 mL
Vcuka
= 10 ml
Indikator
PP= 3 Tetes
Warna
larutan bening
Warna
larutan merah muda
V
= 3,5 mL
|
1.4.2 Pembahasan
1.4.2.1 Asidimetri
1.4.2.1.1 Standarisasi
HCl dengan Borax
Percobaan ini melakukan
standarisasi HCl dengan borax (Na2B4O7.10H2O).
Borax berperan sebagai standar primer yang digunakan untuk pembakuan larutan
HCl. Pemilihan borax karena memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, kering,
tidak mudah terpengaruh lingkungan seperti udara, mudah larut dalam air dan
memiliki massa ekivalen yang tinggi. Sebelum melakukan titrasi, maka borax
dilarutkan dalam fase solid padatan.
Indikator yang dipilih
adalah metil orange karena titrasi
ini dilakukan untuk asam kuat dan basa lemah, sehingga kemungkinan pH <7.
Trayek atau range pH untuk metil orange adalah
3,1 – 4,8. Setelah larutan borax dititrasi dengan HCl terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi merah muda. Ini disebabkan semua ion borax telah habis
bereaksi dengan HCl. Sehingga ion H+ dari HCl bereaksi dengan
indikator.
Larutan yang
distandarisasi HCl dengan menggunakan borax bertujuan untuk menghilangkan gas
karbon dioksida (CO2) yang terbentuk.
Dari perhitungan, volume HCl yang
digunakan sebanyak 10 mL sehingga diketahui nilai konsentrasinya adalah 0,104
N.
1.4.2.1.2 Standarisasi
HCl dengan Na2CO3 Anhidrous
Percobaan
ini dengan melakukan standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous.
Pemilihan Na2CO3 anhidrous nsebagai larutan baku sebab
nilai konsentrasinya dapat diketahui melalui perhitungan. Selain itu Na2CO3
anhidrous juga memenuhi standar larut6an baku primer yaitu memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi, tidak higroskopis, mudah larut dalam air dan
memiliki massa ekivalen yang tinggi. Sebelum dititrasi, kristal Na2CO3
anhidrous dilarutkan dengan akuades dengan tujuan mengionkan senyawa Na2CO3
anhidrous agar dapat dititrasi dan menimbulkan reaksi.
Setelah
Na2CO3 anhidrous dilarutkan dengan air, maka ditetesi
dengan indikator. Indikator yang digunakan adalah metil orange. Pemilihan metil orange
karena Na2CO3 anhidrous merupakan basa lemah,
sehingga bila dititrasi maka pH akhir akan <7 karena metil orange memiliki range pH 3,1-4,8 , oleh
karena itu cocok digunakan untuk titrasi ini. Perubahan warna dari kuning
menjadi merah muda saat dititrasi dengan HCl karena titik ekivalen sudah
tercapai dan ion Na2CO3 anhidrous sudah habis bereaksi
dengan HCl. Sehingga ion H+ dari H2O yang bereaksi dengan
indikator.
Dari
perhitungan juga didapat bahwa volume HCl yang diperlukan sampai titik akhir
titrasi adalah 34,3 mL sehingga didapat nilai konsentrasinya adalah 0,119 N.
1.4.2.2 Alkalimetri
1.4.2.2.1 Membuat
Larutan Standar NaOH
Pembuatan
larutan standar dengan melarutkan NaOH dengan akuades.
Saat pelarutan, suhu
labu ukur menjadi hangat. Ini disebabkan terjadi reaksi eksoterm saat pelarutan
NaOH dengan akuades. Sehingga ada pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan.
Dimana NaOH yang larut dalam akuades adalah sistem sedangkan labu ukur adalah
lingkungan.
Saat pelarutan
menggunakan air panas, agar NaOH terlarut sempurna dan bebas dari CO2 karena
pada umumnya NaOH mengandung zat pengotor seperti Na2CO3. Dari
perhitungan didapatkan konsentrasi NaOH adalah 0,1 N.
1.4.2.2.2 Standarisasi
Larutan NaOH dengan Asam Oksalat
Percobaan
standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat ini dilakukan untuk memperoleh
nilai konsentrasi NaOH . Kristal asam oksalat pertama dilarutkan terlebih
dahulu dengan akuades agar bisa dititrasi. Karena titrasi tidak bisa dilakukan
dalam fase padatan.
Setelah asam oksalat
dilarutkan dalam air maka ditetesi dengan indikator. Indikator yang digunakan
adalah indikator PP. Pemilihan indikator PP karena asam oksalat merupakan asam
lemah. Sehingga bila dititrasi dengan basa kuat , maka pH akhir >7. Gal ini
berarti titik ekivalen berada dalam suasana basa. Indikator PP sendiri memiliki range Ph 8-9,6.
Setelah asam asetat
dititrasi dengan NaOH terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
In diseabkan NaOH habis bereaksi dengan asam oksalat sehingga ada kelebihan
NaOH yang bereaksi. Indikator PP merupakan bentuk asam lemah, sehingga bila
ditambahkan ion-ion OH- dari NaOH maka akan menggeser kesetimbangan
ke arah kanan sehingga menyebabkan inidikator menjadi berwarna merah muda.
Persamaan reaksinya sebagai berikut:
Dari perhitungan diketahui konsentrasi
NaOH adalah 0,147 N dari penambahan sebanyak 9 mL.
1.4.2.2.3
Penentuan Kadar NH3 dalam NH4CL
Untuk
percobaan penentuan kadar NH3 dalam NH4CL, NH4CL
dilarutkan dengan NaOH untuk mengubah ikatan NH4CL berikatan dengan
NaOH.
Namun dalam reaksi ini, NaOH tidak habis
bereaksi dengan NH4CL , melainkan berlebih, sehingga lebihnya ini
digunakan untuk bereaksi dengan HCl pada saat titrasi.
Sebelum titrasi
diberikan penambahan indikator metil orange.
Pemilihan metil orange karena titik
ekivalen akan tercapai pada suasana asam akibat HCl yang bereaksi dengan NH4CL
sehingga dapat dipastikan pH akhir <7. Trayek metil orange sendiri adalah
3,1-4,8.
Perubahan
warna dari kuning menjadi merah muda karena titrasi sudah mencapai titik
ekivalen. Artinya HCl habis bereaksi dengan NH4CL dan ada ion H+
yang berlebih dari HCl bereaksi dengan indikator.
Dari perhitungan diketahui kadar NH3
dalam NH4CL adalah 55% dari penambahan HCl sebanyak 64,8 mL.
1.4.2.2.4
Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Asam Cuka yang Diperdagangkan
Pengenceran
asam asetat dengan air agar mempermudah titrasi karena sudah terionisasi, Asam
asetat yang merupakan contoh protolit lemah, yaitu molekul atau ion yang dapat
ikut sertadengan proton yang kesetimbangan asam basanya ditentukan oleh tetapan
ionisasi protolisisnya. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Titrat sebelum
dititrasi dengan NaOH ditetesi dengan indikator PP. Penggunaan indikator PP
karena titik ekivalen terjadi saat suasana larutan basa sebab ini adalah titrsi
basa kuat (NaOH) terhadap asam lemah (CH3COOH). Range indikator pH
adalah 8-9,6. Perubahan warna saat titrasi dari bening menjadi merah muda
disebabkan titik akhir titrasi tercapai akibat ion OH- berlebih,
sehingga menggeser kesetimbangan larutan indikator PP kesebelah kanan karena
sehingga warna larutan berubah dari bening menjad merah muda. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
Kuning Merah muda
Sedangkan reaksi antara NaOH dengan CH3COOH
sebagai berikut:
Dari perhitungan dapat diketahui kadar
asam asetat dalam asam cuka adalah 1,87% dari penambahan HCl sebanyak 1,75 mL.
1.5 PENUTUP
1.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah:
1.
Konsentrasi NaOH yang didapat dari
standarisasi dengan borax adalah 0,104 N.
2.
Konsentrasi HCl yang didapat dari
standarisasi dengan Na2CO3 anhidrous adalah 0,119 N.
3.
Konsentrasi larutan standar NaOH yang
dibuat adalah 0,1 N.
4.
Konsentrasi NaOH yang didapat dari
standarisasi dengan asam oksalat adalah 0,147 N.
5.
Kadar NH3 dalam NH4CL
adalah 55%.
6.
Kadar asam dalam asam cuka yang
diperdagangkan adalah 1,87%.
1.5.2 Saran
Saran untuk percobaan
ini adalah perlunya ketelitian, keahlian dan kecekatan dari praktikan seperti
dalam titrasi. Kebersihan alat juga harus diperhatikan, agar tidak ada
kesalahaan dalam percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, Jim. 2007. Indikator Asam dan Basa
Diakses
pada tanggal 5 Maret 2012
Farx. 2011. Larutan Baku (Larutan Standar)
Diakses
pada tanggal 5 Maret 2012
J. Basset dan kawan-kawan. 1994. Teknik Analisis
Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Gramedia, Jakarta.
Syarif. 2011. Syarat-Syarat Titrasi. Themegallery,
Bandung.
NB: File diatas ada beberapa yang dihilangkan seperti gambar, karena tidak bisa copy paste langsung. Namun bagi kawan-kawan yang ingin mendownload filenya bisa mendownload file yang aslinya dengan gambar. Silakan download disini
Download di Laporan 1 Kimia Analisis
NB: File diatas ada beberapa yang dihilangkan seperti gambar, karena tidak bisa copy paste langsung. Namun bagi kawan-kawan yang ingin mendownload filenya bisa mendownload file yang aslinya dengan gambar. Silakan download disini
Download di Laporan 1 Kimia Analisis
0 komentar:
ANDA SUKA DENGAN ISI ARTIKEL BLOG SAYA?? JANGAN LUPA UNTUK DI KOMEN, LIKE DAN FOLLOW YA. DAN INGAT, HARUS SOPAN. . .
HARAP MENULIS NAMA BILA KOMEN, AGAR KITA LEBIH SALING MENGENAL. SALAM BLOGGING. . .